REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Bentrokan masih terus berlangsung meski gencatan senjata untuk jeda kemanusiaan berlangsung mulai Ahad (26/7) malam di Yaman. Sebelumnya pemberontak Houthi memang menolak gencatan, dengan alasan hal itu hanya akan memberikan kesempatan pasukan pro-pemerintah kembali berkumpul.
Aljazirah, Senin (27/7) melaporkan, setidaknya 10 pemberontak Houthi tewas setelah kendaraan mereka menjadi sasaran ledakan di Zinjibar, Abyan, beberapa saat sebelum gencatan senjata dimulai. Dalam 90 menit Houthi juga dilaporkan menembaki wilayah pemukiman di kota Taiz dan bangkit kembali untuk mengambil kendali kota tersebut.
Melalui akun Twitternya, pemimpin pemberontak Houthi Abdulmalik al-Houthi mengatakan mereka menolak jeda kemanusiaan. Menurutnya hal itu hanya akan menguntungkan pasukan pro-pemerintah.
Namun, juru bicara koalisi mengatakan ada komitmen dari PBB bahwa milisi Houthi akan menerima gencatan senjata. Ia juga mengatakan, meski tindakan militer dihentikan selama gencatan tapi pasukan akan bertindak jika Houthi meluncurkan operasi militer di manapun.
Dua gencatan senjata sebelum ini juga gagal terlaksana. Pada bulan Mei, koalisi kembali melakukan serangan udara setelah berakhirnya gencatan selama lima hari. Koalisi saat itu menuduh pemberontak melakukan berbagai pelanggaran.
Usulan gencatan senjata enam hari oleh PBB pada 10 Juli juga gagal. Itu terjadi setelah bentrokan dan serangan udara koalisi tetap berlangsung.