REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Pasukan Sekutu pimpinan Arab Saudi, yang membombardir Yaman, menyatakan gencatan senjata lima hari sejak Sabtu lalu demi pemasukan bantuan kemanusiaan untuk penduduk Yaman, yang disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa berada dalam bencana kemanusiaan.
Saat mengumumkan gencatan senjata itu, yang mulai berlaku pada Ahad dinihari, pernyataan siaran Kantor Berita Saudi (SPA) menyebutkan bahwa selama gencatan senjata, pasukan sekutu tetap siaga bila ternyata pasukan pemberontak Houthi melakukan serangan.
Gencatan senjata dilakukan setelah muncul laporan dari pihak kesehatan Yaman bahwa Pasukan koalisi Saudi menewaskan 35 orang sipil di tenggara negara di Semenanjung Arab yang dilanda perang itu.
SPA menjelaskan bahwa gencatan senjata merupakan permintaan Presiden Taman Abedrabbo Mansour Hadi yang tengah pengungsi bersama hampir semua pejabatnya ke ibukota Saudi.
"Gencatan senjata untuk memberikan jalan pada pengiriman dan distribusi bantuan kesehatan serta kemanusiaan sebanyak-banyaknya," katanya seperti dilansir AFP Senin (27/7).
Pasukan yang melawan pemberontak, termasuk loyalis Hadi, berhasil menguasai mayoritas kawasan selatan pelabuhan Aden dari pemberontak setelah empat bulan konflik bersenjata berkecamuk. Dua upaya gencatan senjata sebelum ini telah gagal dijalankan.
Jeda kemanusiaan terakhir kali di bulan Mei atas inisiatif Saudi hanya bisa berlangsung lima hari, dan pasukan koalisi segera melancarkan serangan dengan alasan pihak pemberontak banyak melakuman pelanggaran gencatan senjata. Gencatan senjata enam hari yang diusulkan PBB juga gagal dilaksanakan karena kedua belah pihak yang bertikai tidak berhenti saling serang.
Pemberontak belum berkomentar soal rencana gencatan senjata yang terjadi setelah 35 orang sipil tewas di Kota Mokhba dekat Taez pada Jumat. Sumber kesehatan menyebutkan mereka yang tewas meliputi perempuan dan anak-anak.
Penduduk sekitar mengatakan serangan itu menimpa perumahan pegawai perusahaan listrik. Beberapa rumah rusak dan belasan orang luka-luka. Sebagian orang melihat serangan itu sebagai salah sasaran, tapi ada juga yang berpendapat Huthi memang berada di lokasi tersebut.
Pada akhir Maret, Saudi memulai koalisi memukul pasukan pemberontak lewat udara karena Sanaa sudah jauh ke tangan mereka dan merangsek ke Aden kota di mana Hadi sempat bersembunyi sebelum pengungsi ke Riyadh.