REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Lembaga pencegahan aksi bunuh diri di Australia melaporkan adanya peningkatan yang mengkhawatirkan dari tingkat bunuh diri di kalangan perempuan. Disebutkan pula kaum hawa semakin menggunakan metode lebih keras untuk menghabisi hidupnya sendiri.
Lembaga ‘Suicide Prevention Australia’ juga memberi perhatian pada peningkatan ganda dari jumlah aksi kekerasan terhadap diri sendiri di antara para perempuan muda, selama lebih dari satu dekade terakhir.
Sekitar 2.500 warga Australia bunuh diri setiap tahunnya, dan sementara 75% kematian akibat bunuh diri dilakukan laki-laki, kini, lebih banyak perempuan yang juga mencoba untuk bunuh diri.
Lembaga ‘Suicide Prevention Australia’ akan merilis laporan berjudul ‘Perilaku Bunuh Diri di Kalangan Perempuan: Masalah dan Pencegahannya’, yang menunjukkan peningkatan 10% kematian akibat bunuh diri tiap tahun, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.
Kepala lembaga tersebut, Sue Murray, mengatakan, sementara fokus akan perilaku bunuh diri di antara kaum laki-laki sungguh penting, perilaku serupa di kalangan perempuan, sebagian besar, telah diabaikan.
"Kami perlu investasi baru, investasi yang lebih besar dan program yang lebih bertarget yang akan membahas bunuh diri sebagai isu jender," sebutnya
Sue mengatakan, tren buruk lainnya yang tak ditemukan dalam laporan ini adalah peningkatan metode kekerasan yang digunakan para perempuan untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.
"Oleh karena itu kami melihat peningkatan jumlah kematian setiap tahunnya," ujarnya.
Sang penulis laporan, Susan Beaton, mengatakan, ia yakin laporan itu adalah pemeriksaan serius pertama di dunia atas kasus bunuh diri di kalangan perempuan.
"Saya terkejut melihat sejumlah dokumen kebijakan dan dokumen strategi yang benar-benar memiliki data sangat sedikit- kadang-kadang tak ada komentar sama sekali, tentang perilaku bunuh diri perempuan," utaranya.
Susan mengatakan, banyak dari peningkatan aksi bunuh diri itu berasal dari kaum perempuan muda.
"Ada peningkatan jumlah perempuan muda yang meninggal, tapi itu bukan bagian dari dialog publik kami," sebutnya.
"Angka-angka itu mungkin tak sebesar jumlah kasus serupa pada laki-laki di umur pertengah mereka, sehingga kita cenderung untuk fokus pada jumlah yang lebih besar," tambahnya.
Hayley Purdon berusaha untuk mengakhiri hidupnya sendiri ketika ia berusia 19 tahun.
Ia sekarang menggunakan "pengalaman hidupnya" untuk membantu sejumlah organisasi melakukan strategi pencegahan mereka.
"Saya mengalami gangguan makan, depresi dan beberapa masalah kecemasan yang semua itu menyebabkan upaya untuk mengakhiri hidup saya," ungkapnya.
Ia menceritakan, "Sebagai seorang perempuan, saya punya banyak masalah dalam pergaulan, saya adalah kaum muda tapi saya tak merasa diterima di pergaulan kaum muda."
Sue mengatakan, ada bukti yang menunjukkan bahwa penanganan terhadao perempuan yang telah mencoba bunuh diri bisa disepelekan.
"Perilaku itu mungkin dipandang manipulatif - mencari perhatian - dan respon stigmatif semacam itu yang berdampak pada perempuan dan bagaimana mereka memilih untuk mengakhiri hidup mereka sendiri," tuturnya.