REPUBLIKA.CO.ID, NOUAKCHOTT -- Pemimpin Afrika mengeluarkan pernyataan bersama dalam muktamar di Mauritania, Senin (27/7), menyerukan pencabutan hukuman terhadap Sudan.
Omar al-Bashir, yang didakwa dengan pemusnahan di Darfur, Sudan barat, termasuk 11 pemimpin atau wakil pemerintah dalam pertemuan kelompok negara prakarsa teknologi "Tembok Hijau Besar" di Nouakchott itu.
"Demi kesetiakawanan di antara masyarakat negara anggota, kepala negara dan pemerintahan mengungkapkan dukungan mereka kepada adik kami, Republik Sudan dan menyerukan pencabutan hukuman terhadap negara itu," kata pernyataan bersama mereka.
Perang Darfur dimulai pada 2003 ketika pemberontak kulit hitam bangkit melawan pemerintahan Bashir yang didominasi suku Arab. Setelahnya, Khartoum melancarkan serangan berdarah terhadap pemberontak dengan menggunakan angkatan bersenjata dan milisi sekutunya.
PBB mengatakan 300 ribu orang tewas dalam konflik tersebut dan 2,5 juta terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sudan telah diembargo baik perdagangan maupun senjata yang didukung oleh masyarakat internasional.
Bashir tiba di Nouakchott pada Ahad meskipun surat perintah penangkapan internasional telah dikeluarkan terhadap dirinya pada 2009 atas tuduhan pemusnahan, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan perang.
Namun, Mauritania belum menandatangani Statuta Roma tentang Mahkamah Pidana Internasional sehingga memungkinkan dia untuk mengunjungi negara tersebut tanpa takut akan ditangkap.