REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam lawatannya ke Indonesia, Perdana Menteri Inggris David Cameron menyempatkan waktu berdialog dengan beberapa tokoh cendekiawan Muslim Indonesia. Dalam dialog tersebut, Cameron meminta resep kepada Indonesia dalam menghadapi gerakan radikalisme seperti kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Kurang lebih satu jam mereka melakukan dialog secara tertutup di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/7). Tokoh yang hadir dalam dialog tersebut adalah Ketua Umum Muhamadiyah Din Syamsudin, Direktur Eksekutif Wahid Institute Yenni Wahid, Mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra, Ketua Dewan Pengurus Masjid Sunda Kelapa Azka Mahmud dan Mantan Menteri Luar Negeri era Megawati, Alwi Shihab.
Yenny menyampaikan, Cameron mengatakan Indonesia sudah berhasil mengombinasikan semangat nasionalisme dengan identitas sebagai umat Muslim dan mampu mengembangkan toleransi dalam mempraktikan keberagamaan.
"Makanya Cameron datang ke sini tanya resepnya itu apa," ujar Yenny di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/8).
Indonesia, sambung Yenny, memiliki organisasi islam yang bersar seperti Muhamadiyah dan NU yang menjadi pilar yang menopang adanya toleransi serta mengusung terus gagasan tentang toleransi di Indonesia.
Kedua, Indonesia memiliki identitas Pancasila sebagai sebuah semangat hidup yang bukan hanya sekedar simbol saja.
"Nilai-nilai yang diaktualisasikan jadi penting. Orang Muslim Indonesia memang sudah mempraktikkan gaya hidup toleran yang mengayomi gaya hidup mayoritas dan minoritas," jelasnya.
Namun, tetap ada tantangan yang akan dihadapi semua bangsa. "Tetapi Indonesia dilihat sangat jelas, standing kita jelas yang toleran, rahmatan lil alamin yang mengayomi semuanya," ujarnya.