Ahad 02 Aug 2015 14:11 WIB

Di Balik Kelompok Garis Keras Israel

Juru bicara militer Israel yang berbicara dalam bahasa Arab, Avichai Adraee.
Foto: middle east monitor
Juru bicara militer Israel yang berbicara dalam bahasa Arab, Avichai Adraee.

REPUBLIKA.CO.ID, Tewasnya bocah Palestina berusia 18 bulan akibat serangan kelompok radikal Israel, telah memicu kemarahan. Kecaman, dan demonstrasi besar-besaran digelar untuk menentang aksi Zionis tersebut.

Serangan pelaku pada Jumat (31/7) pekan lalu telah meninggalkan jejak di luar rumah korban.  Tulisan grafiti berbahasa Yahudi itu bermakna "balas dendam". Ciri khas, yang menurut juru bicara Israel Luba Samri dilakukan oleh serangan price tag.

Price tag kerap dikaitkan dengan serangan terhadap warga  Arab dalam satu dekade terakhir. Serangan ini dilakukan oleh ekstremis Israel yang menentang evakuasi dan penghancuran permukiman ilegal di Tepi Barat.

Salah satu tujuan utama dari ekstremis adalah mendesak otoritas Israel agar berpikir dua kali jika ingin mendukung penghentian permukiman ilegal.

Price bermakna harga yang harus dibayar atas hilangnya setiap permukiman ilegal. Serangan ini juga kerap dikaitkan dengan aksi pembalasan Israel terhadap serangan Palestina.

Namun seperti dikutip NBC News,  jarang sekali adanya korban jiwa lantaran serangan itu. Pada 2014, polisi Israel telah membentuk unit khusus untuk menghancurkan gerakan ini. Namun tak berhasil menghentikan aksi gila ekstremis Yahudi itu.   

Kelompok ini mendapat angin segar, setelah partai kanan radikal mendapat tempat di pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka menganggap, bahwa pembangunan permukiman adalah sah. Partai kanan ingin agar pembangunan permukiman itu disetujui internasional.

Pada Kamis pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri menegaskan, otoritas Israel akan mendukung lebih banyak permukiman di Judea dan Samaria. Siapa pun yang mengganggu usaha komunitas Yahudi itu adalah musuh.

Pejabat Palestina mengecam aksi serangan yang menewaskan bayi Palestina berusia 18 bulan. Palestina menilai Israel patut disalahkan karena melegalkan permukiman tak sah.

Kelompok garis keras Yahudi membakar sebuah rumah Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat, Jumat (31/7) pekan lalu. Aksi pembakaran itu menewaskan balita berusia 18 bulan dan menyebabkan luka serius terhadap tiga anggota keluarga lainnya.

Saksi dan personel militer mengatakan, pelaku memecahkan kaca dan melempar bom ke dalam rumah yang terletak di Desa Duma, dekat Kota Nablus. Insiden berlangsung menjelang Subuh pada saat keluarga masih tidur. Menurut PBB, setidaknya 120 serangan oleh pemukim ilegal Israel terjadi di Tepi Barat sejak awal 2015.

sumber : NBC News/Jerusalem Post/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement