REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Ribuan warga Israel menghadiri aksi unjuk rasa di Tel Aviv dan Yerusalem. Mereka memprotes aksi pembakaran sebuah rumah warga Palestina oleh pemukim Yahudi. Insiden menewaskan seorang bayi.
Aljazirah melaporkan, Ahad (2/8), ribuan warga tersebut memprotes tindakan yang mereka sebut kejahatan kebencian. Sekitar 2.000 orang termasuk paman dari balita yang tewas berpartisipasi dalam demonstrasi pada Sabtu (1/8), yang diselenggarakan kelompok pengawas pemukim Yahudi Peace Now.
"Kami meminta pemerintah untuk mengambil tindakan tegas pada kekerasan yang dilakukan pemukim dan agar segera memulai kembali proses perdamaian," kata Direktr Peace Now Yariv Oppenheimer.
Tak hanya di Tel Aviv, di Yerusalem ratusan orang juga berkumpul untuk memprotes serangan pembakaran di Tepi Barat. Mereka juga memprotes insiden Kamis (30/7), saat kelompok ultra-Ortodoks Yahudi menikam enam peserta pawai parade gay.
Presiden Israel Reuven Rivlin juga menyampaikan komentarnya terkait sejumlah kasus kekerasan yang dilakukan warganya. "Api kebencian telah menyebar melalui negara kita, api kekerasan, kebencian dari keyakinan yang salah dan menyimpang," kata Rivlin.
Sejumlah kecil unjuk rasa anti-intoleransi juga digelar di kota-kota Israel lainnya pada Sabtu malam. Di Duma, sekitar 200 warga Palestina pada Sabtu juga memprotes insiden pembakaran yang menewaskan Ali Saad Dawabsheh (18 bulan). Saat melangsungkan aksi mereka berhadapan dengan peluru karet dan gas air mata pasukan Israel. Paramedis mengatakan, beberapa demonstran dirawat karena luka.
Sementara itu sebuah delegasi berisi sejumlah pejabat senior Palestina termasuk Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina Saeb Erakat, Kepala Keamanan Palestina Majed Faraj, dan Menteri Kesehatan Jawad Awwad mengunjungi rumah sakit Tel Hashomer pada Sabtu.
Seperti diketahui ibu Dawabseh, Reham, dan anaknya Ahmed (4 tahun) dirawat di rumah sakit Tel Hashomer. Sedangkan ayahnya, Saad, dirawat di rumah sakit Soroka di selatan Israel.
Erakat mengatakan, Palestina meminta pemerintah Israel bertanggung jawab penuh atas serangan pada Jumat (31/7) tersebut. "Ini adalah konsekuensi langsung dari dekade impuniras yang diberikan pemerintah Israel pada pemukim terorisme," ujarnya.
Para ekstremis Yahudi memang telah bertahun-tahun melakukan serangan terhadap properti milik warga Palestina seperti masjid, gereja, dan bahkan pangkalan militer Israel. Serangan dikenal sebagai "label harga", yang diartikan sebagai aksi balasan atas kebijakan Israel yang dipandang menguntungkan Palestina.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut serangan sebagai kejahatan perang. Ia mengatakan akan membawa masalah ini ke Pengadilan Kejahatan Internasional, sebagai bagian dari kasus mereka terkait Israel