REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Bentrokan pecah pada Ahad (2/8) di komplek Masjid Al-Aqsa Yerusalem. Bentrokan terjadi setelah warga Palestina memprotes aksi pembakaran oleh pemukim Yahudi, yang menewaskan seorang bayi berusia 18 bulan.
Dilansir Middle East Eye, polisi mengatakan pemuda Palestina bertopeng di Masjid melempari pasukan keamanan. Sementara pengunjuk rasa memegang tinggi-tinggi foto-foto bayi yang tewas dalam serangan pembakaran pada Jumat (31/7) lalu, di Tepi Barat.
Media Israel melaporkan bahwa pasukan keamanan kemudian berusaha untuk menciptakan sebuah penghalang antara pelempar batu dan wisatawan yang berkunjung ke kompleks masjid. Seperti diketahui Al-Aqsa merupakan situs paling suci ketiga dalam Islam dan paling suci bagi orang Yahudi.
Gelombang protes melanda wilayah Palestina sejak pemboman Jumat. Aksi demo juga dilakukan warga Israel, yang menyerukan tindakan keras terhadap kekerasan oleh pemukim.
Pada hari Sabtu, bentrokan pecah di kamp pengungsi Jalazon di Tepi Barat. Di tempat tersebut sedang berlangsung pemakaman Laith Khaldi (16tahun), yang militer mengatakan ditembak oleh tentara setelah melemparkan bom Molotov.
Bentrokan juga mengguncang Al-Aqsa seminggu yang lalu ketika warga Palestina marah atas akses Yahudi ke komplek Al-Aqsa pada hari raya tahunan Yahudi. Selama ini kunjungan ke komplek diizinkan, tetapi Yahudi dilarang berdoa di sana.
Polisi Israel sempat memasuki masjid beberapa saat, selama bentrokan untuk menutup pintu dan mengunci perusuh di dalam.
Israel merebut Yerusalem timur, di mana Al-Aqsa berada, dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Mereka kemudian mencaplok wilayah tersebut, dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.