REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Partai oposisi Turki, kecuali kubu nasionalis, menuduh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan merusak proses perdamaian demi memperoleh keuntungan politik dalam pemilihan umum sela yang diperkirakan diselenggarakan pada November.
"Tokoh utama yang mengakhiri proses perdamaian adalah Erdogan. Ia secara terbuka menentang itu. Saat ini, jika jalan menuju pemilihan umum dilicinkan dengan darah, harganya akan sangat mahal," kata pemimpin oposisi utama Kemal Kilicdaroglu dalam satu pernyataan yang disiarkan televisi belum lama ini di Haberturk.
Partai Demokratik Rakyat Turki (HDP), yang pro-suku Kurdi, juga menuduh Erdogan melecehkan proses perdamaian demi ambisi politiknya sendiri untuk menjadi presiden eksekutif.
Anggota parlemen dari HDP Ahmet Tan mengatakan Erdogan berusaha memanfaatkan proses tersebut sebagai alat untuk meraih dukungan masyarakat selama pemilihan umum yang diselenggarakan selama dua pekan belakangan. Ia menyatakan Erdogan menentang proses perdamaian itu ketika HDP menggagalkan ambisi Presiden Erdogan untuk menjadi presiden eksekutif dengan memperoleh dukungan mayoritas besar pemilih Kurdi.
Peningkatan serangan terhadap sasaran militer dan polisi Turki dilaporkan dilancarkan oleh kelompok terlarang Partai Pekerja Kurdi (PKK), saat Turki memperketat langkah keamanan.
PKK yang dimasukkan ke dalam daftar organisasi teror oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa melancarkan serangan bersenjata terhadap satu rumah sakit militer di Provinsi Bitlis di Turki Timur pada Ahad (2/8). Serangan itu diikuti oleh ledakan ranjau di jalan raya Bitlis-Diyarbakir saat dua kendaraan militer singgah.