REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebanyak dua orang anak tewas diduga dibunuh dalam insiden terbaru di kawasan barat daya Cina yang menimpa anak-anak yang ditinggal pergi kedua orang tuanya bekerja jauh dari rumah.
Di banyak wilayah terpencil Cina, anak-anak ditinggalkan di desa dan dijaga kakek nenek atau keluarga lain, sementara orang tua mereka mencari kerja di kota.
Mereka seringkali tidak bisa ikut kedua orang tuanya karena tidak memiliki dokumen yang dibutuhkan untuk tinggal di kawasan urban, bersekolah dan mendapatkan akses layanan kesehatan.
Seorang anak lelaki 15 tahun dan adik perempuannya berumur 12 tahun ditemukan tewas di rumah mereka, Selasa (4/8), di desa dekat Bijie, kawasan yang sama di provinsi Guizhou. Sebelumnya, empat anak yang ditinggal kerja orang tua mereka tewas pada Juni setelah minum pestisida, kata pemerintah daerah Nayong dalam sebuah pernyataan, Selasa.
Ibu kedua anak itu sudah meninggal, sedangkan ayahnya pergi meninggalkan rumah sejak Ahad untuk bekerja di kota yang berbeda. Mereka ditinggalkan bersama seorang lagi anak perempuan usia 17 tahun. Pada Senin malam, gadis 17 tahun itu pergi untuk menjenguk seorang kerabat dan belum pulang ke rumah.
Hasil penyelidikan polisi menunjukkan kematian mereka terkait dengan pembunuhan.
Lebih dari 60 juta anak-anak Cina di kawasan terpencil ditinggalkan bersama kerabat. Sedangkan 3,4 persen tinggal sendiri. Nasib anak-anak itu menarik perhatian nasional.
Perdana Menteri Li Keqiang memerintahkan penyelidikan setelah insiden Juni dimana empat anak-anak diduga melakukan bunuh diri. Pada 2012, lima anak gelandangan di Bijie tewas akibat racun monoksida setelah menyalakan api saat berlindung di dalam sebuah tong sampah.
Cina menargetkan 60 persen populasinya yang hampir mencapai 1,4 miliar untuk tinggal di perkotaan pada 2020. Hal itu untuk mengubah jutaan penduduk kawasan terpencil menjadi konsumen yang bisa menjadi kekuatan pendorong bagi ekonomi terbesar kedua dunia itu.
Para pemimpin Cina berjanji melonggarkan aturan pendaftaran penduduk atau hukou untuk menyingkirkan hambatan bagi gerakan urbanisasi. Pendaftaran itu dilakukan untuk mencegah pekerja migran dan keluarganya mendapatkan akses kesehatan dan kesejahteraan sosial di luar desa-desa tempat tinggal mereka.