Kamis 06 Aug 2015 17:40 WIB

Komunike Laut Cina Selatan ASEAN Macet

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan.
Foto: AP
Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Negara-negara Asia Tenggara belum mengeluarkan kesimpulan sebagai penutup pertemuan regional di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (6/8). Menteri Luar Negeri Singapura, K Shanmugam mengatakan masih ada perdebatan dalam hal sengketa Laut Cina Selatan.

"Komunike bersama seharusnya diselesaikan kemarin, namun hingga sekarang belum final," kata Shanmugam dalam konferesi pers.

Menurutnya, ada beberapa masalah di paragraf yang berhubungan dengan Laut Cina Selatan. Tidak ada kesepakatan tentang bagaimana paragraf tersebut seharusnya dibuat. Hal ini menunjukkan adanya perpecahan pendapat antara negara Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Shanmugam tidak berkomentar lebih jauh.

Ketegangan di Laut Cina Selatan telah mendominasi pembicaraan selama pekan ini. Para menteri luar negeri ASEAN kompak menolak permintaan dari Cina untuk tidak memasukkan isu sengketa dalam agenda pembicaraan.

Rancangan komunike sebelumnya mengatakan ASEAN prihatin atas perkembangan di Laut Cina Selatan. ASEAN menekankan tidak boleh ada ancaman atau kekerasan dalam menyelesaikan sengketa wilayah.

ASEAN juga menyatakan keprihatinan atas lambatnya negosiasi atau diskusi untuk menyelesaikan kode etik. Kode etik tersebut bertujuan mengikat Cina dan ASEAN untuk menjaga perilaku di wilayah agar kestabilan dan perdamaian tetap terjaga.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement