REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Kurangnya pasokan listrik menyebabkan kota-kota utama di Libya tenggelam dalam kegelapan. Karenanya, Libya memutuskan untuk mengimpor listrik dari Mesir dan Tunisia serta menyewa generator.
Pemimpin pemerintahan pemberontak Libya, Khalifa al-Ghwell, menginformasikan bahwa Libya akan mendapatkan 250 megawatt listrik dari Tunisia dan 75 MW dari Mesir.
"Pemerintah kami juga telah menyewa generator dengan kapasitas 240 MW," ucap Al-Ghwell pada konferensi pers yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari arabnews.com, Kamis (6/8).
Empat tahun pertempuran menyusul tersingkirnya pemimpin Muammar Qaddafi telah membuat industri minyak dan listrik di Libya tertatih-tatih. Sejumlah tanaman rusak dan perusahaan asing enggan untuk memberikan suku cadang yang dibutuhkan untuk memperbaiki sumber daya tersebut.
Pemadaman listrik di ibukota Libya, Tripoli, berlangsung hingga 18 jam sehari. Kondisi tersebut membuat sejumlah perusahaan dan fasilitas umum tak berfungsi, termasuk SPBU, puluhan toko roti, hingga perusahaan baja terbesar di negara itu, Lisco.
Minimnya listrik bahkan lebih buruk di wilayah timur. Jaringan telepon selular di kota utama Benghazi, terputus dalam waktu yang lama.