REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Rusia diduga kuat berada di balik serangan siber canggih terhadap sistem email staf gabungan Pentagon.
"Insiden itu menyangkut kesopanan tokoh negara," kata Pentagon dilansir Fox News, Kamis (6/8).
Seorang pejabat secara terpisah mengatakan hanya dua negara yang mampu melakukan serangan seperti itu, yakni Rusia dan Cina. Namun, para pejabat mengaku sangat curiga kepada Rusia meski tidak menyalahkan 100 persen karena tidak adanya kepastian.
Serangan terjadi pada 25 Juli dan mempengaruhi seluruh sistem email staf gabungan selama dua pekan. Hampir 4.000 karyawan di Departemen Pertahanan dan personel sipil terpengaruh serangan siber tersebut.
Kejadian ini menjadi yang kedua kalinya tahun ini dimana Rusia diduga telah meretas Pentagon. Pada April, Menteri Pertahanan Ash Carter menyalahkan Rusia karena pelanggaran DOD menjadi jaringan komputer pertahanan.