REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Puluhan ribu imigran di beberapa pulau Yunani berada dalam kondisi krisis. Menurut badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang memberikan perlindungan dan bantuan kepada pengungsi dunia (UNHCR), para imigran tidak mendapatkan akses air dan sanitasi yang memadai.
Berdasarkan data dari UNHCR, pada Juli tahun ini saja sekitar 50 ribu migran tiba di Yunani. Pemimpin Yunani mengakui negaranya tidak mampu mengatasi para migran tersebut dan meminta bantuan kepada Uni Eropa.
Secara terpisah, polisi Italia menangkap lima tersangka penyelundup yang diduga bertanggungjawab atas kematian sekitar 200 orang setelah terdamparnya sebuah kapal imigran. Para tersangka tersebut merupakan dua orang warga Libya, dua orang warga Aljazair dan seorang warga Rusia.
Korban yang selamat mengatakan para penyelundup memotong kepala para migran dengan menggunakan pisau. Menurut UNHCR, hampir semua pendatang di Yunani merupakan pengungsi perang dari Suriah, Irak dan Afghanistan.
“Fasilitas para pengungsi di Yunani tidak memadai sama sekali,” Direktur Organisasi Eropa, Vincent Cochetel dilansir BBC, Sabtu (8/8).
Menurutnya, sebagian besar pulau di Yunani tidak memiliki kapasitas yang cukup banyakuntuk menampung para imigran. Banyak para Imigran tidur di alam terbuka tanpa bangunan beratap.