REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Layanan darurat dengan helikopter di daerah tertimpa gempa di Nepal kemunginan dihentikan dalam beberapa pekan mendatang karena kekurangan dana.
PBB mengatakan penghentian itu akan menyebabkan 150 ribu korban gempa di pengungsian kemungkinan tidak mendapat bantuan pangan dan minuman saat menghadapi musim hujan, Senin (10/8).
Layanan Kemanusiaan melalui Udara, PBB (UNHAS) mengatakan musim hujan tahunan dan tanah longsor dapat memutus jalur ke tempat terpencil, yang dua kali dilanda gempa pada April dan Mei sehingga helikopter sangat diperlukan untuk menjangkau korban.
Gempa bumi tersebut merenggut 8.900 korban jiwa dan mencederai lebih dari 22 ribu orang serta memaksa puluhan ribu orang lain mengungsi.
"Kami telah menunda permintaan pengiriman 650 metrik ton bantuan darurat dan permintaan baru untuk mengirim barang setiap hari berdatangan. Sekitar 35 organisasi menunggu angkutan yang sangat diperlukan saat ini," kata Edmondo Perrone, koordinator logistik UNHAS.
Dinas Helikopter PBB menerima hanya separuh dari 18 juta dolar yang diperlukan untuk mengoperasikan kegiatan mereka hingga akhir Oktober, dan bila kebutuhannya tidak terpenuhi dengan segera maka pengiriman bantuan akan dihentikan pada akhir Agustus.
Layanan yang dikelola oleh Program Pangan Dunia telah menerbangkan 2.600 pekerja bantuan dan 1.450 metrik ton pasokan di seluruh Nepal dan mengirimkan bantuan ke 139 pelosok yang tidak dapat dijangkau jalan darat.
Sekitar tiga juta korban selamat atau 10 persen dari penduduk di negara Himalaya yang bergunung-gunung dan sulit dijangkau, memerlukan tempat tinggal, makanan dan pelayanan kesehatan dasar.