Selasa 11 Aug 2015 18:37 WIB

AS Sambut Pembebasan Aktivis Suriah

Aktivis hak asasi manusia Suriah Mazen Darwish.
Foto: yellow scene
Aktivis hak asasi manusia Suriah Mazen Darwish.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri AS menyambut pembebasan pegiat hak asasi manusia Suriah Mazen Darwish, dan menuntut pembebasan segera puluhan ribu orang yang disebutnya ditahan tanpa pengadilan adil, Senin (10/8).

Departemen Luar Negeri menyerukan pencabutan semua tuduhan terhadap Direktur Pusat Media dan Kebebasan Berekspresi Suriah (SCM), Darwish. Dia ditangkap pada Februari 2012 bersama dua rekannya.

"Kami mencatat laporan sementara Mazen Darwish tidak lagi dipenjara, kami tahu ia masih menghadapi sidang untuk karyanya sebagai pegiat hak asasi manusia. Kami menyerukan kepada rezim Suriah untuk mencabut semua tuduhan yang tersisa terhadap Mazen Darwish," kata juru bicara Departemen Luar Negeri John Kirby dalam sebuah pernyataan.

Rekan Darwish, Hussein Ghreir dan Hani al-Zaitani dibebaskan bulan lalu. Kirby juga menyerukan pembebasan segera tahanan lain di Suriah, dan mengutuk penganiayaan tahanan.

"Amerika Serikat mengutuk keras pemenjaraan oleh rezim puluhan ribu warga Suriah tanpa pengadilan yang adil, termasuk perempuan, anak-anak, dokter, penyedia bantuan kemanusiaan, pembela hak asasi manusia, wartawan, dan lain-lain yang secara rutin menjadi subjek penyiksaan, kekerasan seksual, dan kondisi tidak manusiawi," kata pernyataan itu.

Istri Darwish, Yara Bader mengatakan suaminya adalah seorang kritikus terkemuka rezim Suriah yang dituduh mempromosikan tindakan teroris dan dijadwalkan menerima vonis pada 31 Agustus.

Darwish yang berusia awal 40-an menerima beberapa penghargaan sebagai bukti pengakuan atas karyanya pada Mei, hadiah tahunan kebebasan pers UNESCO dan Penghargaan Martabat Manusia Roland Berger 2011.

Perang Suriah dimulai pada Maret 2011 dan telah menewaskan lebih dari 240 ribu orang. Sekitar 200 ribu orang ditahan di pusat penahanan pemerintah Suriah, penjara dan fasilitas keamanan, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement