REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Juru bicara kabinet Libya yang diakui internasional Arabi, membantah pengunduran diri Perdana Menteri Libya Abdullah al-Thinni.
Ia mengatakan perdana menteri belum mengundurkan diri secara resmi.
"Ia (Thinni) akan mengundurkan diri jika rakyat menuntut hal itu. Pengunduran diri harus diserahkan secara tertulis kepada DPR, yang akan menerima atau menolaknya," kata Arabi, Selasa (11/8).
Menanggapi pengunduran diri Thinni, anggota parlemen Benghazi Amal Bayou berkomentar di laman Facebooknya. "Pemerintahannya adalah kegagalan," kata Bayou.
Al-Thinni menyatakan pengunduran dirinya dalam sebuah wawancara televisi. Ia mundur dari posisinya setelah dihadapkan pada sejumlah pertanyaan-pertanyaan dari rakyat yang marah dan mengkritik kabinetnya.
"Saya resmi mengundurkan diri dan saya akan mengajukan pengunduran diri saya ke DPR pada Ahad (16/8)," kata Thinni kepada saluran televisi Libya, dalam sebuah wawancara yang disiarkan Selasa (11/8).
Selama wawancara televisi, Thinni berubah menjadi marah saat presenter menghujamnya dengan sejumlah pertanyaan pedas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menurut presenter merupakan kumpulan dari kiriman warga. Pertanyaan umumnya mengkritik Thinni karena kurangnya keamanan dan bantuan bagi orang terlantar akibat kekacauan di Libya.
Saat presenter bertanya apa yang akan dilakukan Thinni jika rakyat melakukan aksi protes terhadapnya. Thinni seketika marah dan langsung menyatakan pengunduran dirinya.
"Orang-orang tak perlu memprotes saya karena saya resmi mengundurkan diri dari posisi saya," ungkap Thinni.