REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Pasukan yang setia kepada pemerintah yang mengungsi keluar Yaman pada Sabtu (15/8) menguasai kembali satu provinsi kelima di bagian selatan negara itu, kata beberapa perwira militer.
Seorang perwira militer mengatakan para pemberontak itu mundur dan menyerahkan Shabwa kepada pasukan pro-pemerintah setelah mereka dijanjikan keluar dari provinsi itu melalui rute yang aman.
Sejumlah perwira mengonfirmasi penarikan mundur para pemberontak itu.
"Provinsi itu telah diserahkan kepada Gerakan Selatan, sebuah kelompok sempalan yang para militannya telah bertempur melawan pemberontak," kata Salem al-Awlaqi, seorang aktivis politik di Shabwa.
Pasukan yang setia kepada pemerintah dan berada di bagian selatan Yaman melancarkan serangan bulan lalu terhadap pemberontak, memaksa mereka keluar dari Aden, kota utama di bagian selatan pertengahan Juli.
Mereka kemudian bergerak maju menguasai kembali provinsi-provinsi Daleh, Lahj dan Abyan, dan kemudian Shabwa yang memiliki cadangan minyak cukup banyak.
Para pemberontak Houthi, yang merasa dimarjinalisasi, turun dari benteng mereka di bagian utara Yaman tahun lalu dan menguasai Sanaa tanpa perlawanan sebelum bergerak maju ke kota kedua Aden pada Maret.
Tentara yang masih setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh bergabung dengan pemberontak Houthi yang beraliran Syiah. Sebaliknya, kelompok sempalan tentara di bagian selatan bergabung dengan tentara pro-pemerintah dan juga suku-suku yang beraliran Sunni untuk membentuk apa yang mereka sebut Komite Perlawanan Rakyat.
Konflik di Yaman telah merenggut hampir 4.300 jiwa sejak Maret, setengah di antaranya warga sipil. Menurut data PBB, 80 persen penduduk Yaman yang berjumlah 21 juta memerlukan bantuan dan perlindungan.