REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Anggota Komite Eksekutif Fattah Mohamed Ishtea mengatakan, Israel tak ingin terbentuknya Negara Palestina berdasarkan perbatasan 1967. Israel ingin Palestina hidup terpecah di daerah kantong-kantong kecil.
Hal itu ia sampaikan dalam sebuah konferensi tentang pengungsi Palestina di kamp Ayad di Tepi Barat.
Ishtead menilai kesepakatan Oslo diputuskan saat kondisi politik yang cukup sulit di kawasan Arab. Terdapat sejumlah hal positif dalam perjanjian itu, seperti pemulangan 150 ribu pengungsi Palestina dan pembentukan negeri.
Di sisi lain, banyak pula hal-hal negatif yang harus diperbaiki dan ini membutuhkan kesadaran nasional serta penguatan PLO.
Ia menjelaskan, penggunaan istilah Otoritas Palestina hanya sebuah nama. "Seharusnya sudah dirubah menjadi negara pada 199, namun Israel menghancurkan semua," ujarnya.
Hingga kini Israel terus memperluas pembangunan permukiman ilegal mereka di tanah Palestina. Warga Palestina pun semakin terdesak.