Rabu 19 Aug 2015 15:07 WIB

Kisah Para Pengibar Sang Merah Putih di Melbourne

Dany Muhajir (kiri) sebagai Komandan Paskibra.
Foto: Erwin Renaldi
Dany Muhajir (kiri) sebagai Komandan Paskibra.

REPUBLIKA.CO.ID,MELBOURNE -- Sebanyak 12 mahasiswa dan mahasiswi asal Indonesia terpilih menjadi pasukan pengibar bendera atau Paskibra. Ada ketegangan saat bertugas, tapi memberikan pengalaman membanggakan untuk bisa mengibarkan Sang Merah Putih di Melbourne.

April 2015, Dany Muhajir, mahasiswa Indonesia di University of Melbourne melihat ada lowongan untuk menjadi anggota Paskibra di Melbourne. Ia masih teringat dengan mimpinya menjadi seorang pasukan pengibar bendera saat masih sekolah di Indonesia.

"Saya bercita-cita menjadi seorang Paskibra di Indonesia, akhirnya saya beranikan mendaftar untuk mewujudkannya," ujar Dany.

Keinginannya pun terkabul. Ia pun diterima menjadi anggota Paskibra untuk kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) di Melbourne. Beberapa pekan sebelum bertugas mengibarkan bendera pada perayaan kemerdekaan Indonesia ke-70, ia diberikan kepercayaan sebagai komandan pasukan sekaligus pengibar bendera.

"Tugas yang menegangkan bagi saya. Karena saya membawa nama Indonesia di negara orang. Kalau ada yang salah tentu akan mencorengkan nama bangsa," ungkap Dany.

Dany mengaku sangat bersyukur karena ia dapat mewujudkan cita-citanya, terlebih karena diwujudkan di Australia.

"Saya sangat bangga dan bersyukur sekali diberikan kesempatan untuk mengibarkan bendera apalagi di negeri orang lain. Apalagi tidak semua orang memiliki kesempatan itu dan Alhamdulillah saya bisa gunakan kesempatan dengan baik," ujarnya.  

Ketakutan terbesar bagi para pasukan pengibar bendera adalah bendera yang terbalik saat dibentangkan, bendera tidak bisa dinaikkan karena ada gangguan pada tali tiang bendera, atau ada salah langkah dan gerakan saat baris-berbaris.

"Ada beberapa diantara mereka yang pernah tergabung dengan Paskibra sebelumnya, tetapi kebanyakan belum pernah mengikuti pelajaran baris-berbaris," ujar Gongo Susanto, salah satu pelatih Paskibra KJRI Melbourne.

Tetapi Gongo menganggap hal tersebut sebagai sebuah tantangan yang harus diambil. Gongo mengaku kalau kebersamaan menjadi kunci utama kesuksesan anggota Paskibra dalam menjalankan tugasnya.

"Kesulitannya adalah ketika harus melatih mereka agar kompak. Kita melatih dari dasar baris-berbaris, kita memang mengalami sedikit kesulitan karena banyak dari mereka yang belum punya pengetahuan dasar soal baris-berbaris," jelasnya.

Setelah baris-berbaris mereka kemudian berlatih membentuk barisan atau formasi, latihan berjalan, dan tentunya berlatih mengibarkan bendera.

Mengibarkan bendera bukanlah hal yang mudah karena mereka harus tahu posisi bendera agar tidak terbalik serta menaikkan bendera secara perlahan mengikuti tempo lagu kebangsaan'Indonesia Raya.

Latihan digelar setiap akhir pekan selama hampir lima bulan, termasuk di bulan Ramadhan.

Dan ini menjadi pengalaman tersendiri bagi Safira Nugroho, yang saat upacara pengibaran bendera 17 Agustus 2015 dipercaya membawa baki bendera.

"Saat berpuasa saya tetap menjalankan latihan. Sebenarnya tidak terlalu sulit karena pada hari-hari lain pun kami hanya beristirahat sebentar di sela-sela latihan," ujar Safira kepada ABC International.

Safira merasa salah satu tantangan menjadi anggota Paskibra adalah membagi waktu saat kuliah dan latihan. Latihan memang lebih sering dilakukan di akhir pekan sehingga bagi kebanyakan anggota Paskibra harus menyelesaikan tugas-tugas kuliah sebelum latihan.

Bagi Safira, hal yang paling menegangkan saat bertugas adalah ketika hendak mengambil bendera merah putih dari Ibu Konjen RI di Melbourne, Dewi Wahab selaku inspektur upacara.

"Saya harus jalan sendiri dan jalannya harus dengan tempo yang tepat dan harus menyamakan kelurusan barisan dengan pasukan yang lain."

Tetapi Safira merasa lega saat bendera telah berhasil dikibarkan.

Paskibra di Melbourne sudah ada sejak lama. Untuk menjadi pasukan pengibar bendera di KJRI Melbourne tidak ada kriteria yang terlalu ketat seperti menjadi anggota Paskibra di Indonesia. Yang terpenting memiliki keinginan untuk bergabung, seperti yang diutarakan oleh Mia Muhammad, koordinator Paskibra Konjen RI di Melbourne.

"Baru 2008 kami merekrut mahasiswa secara luas. Kita memiliki pasukan berkisar antara 12 hingga 16 orang, mulai direkrut sekitar April," ujarnya.

Menurut Mia, seragam yang digunakan oleh Paskibra KJRI Melbourne sekarang ini pun sudah hampir sama dengan seragam yang digunakan Paskibra di Indonesia, lengkap dengan aksesorisnya.

"Kami membuat seragam bagi mereka khusus di Indonesia, dan setelah bertugas mereka bisa memilikinya," kata Mia.

Dan ditengah dinginnya cuaca di Senin pagi, 12 pasukan pengibar bendera telah berhasil menjalankan tugasnya menaikkan bendera di kantor Konjen RI di kawasan Queens Road, Melbourne.

Suasana upacara pengibaran memperingati 70 tahun kemerdekaan Republik Indonesia berjalan khidmat dengan dihadiri tak hanya warga Indonesia di Melbourne, tapi juga sejumlah pelajar dari beberapa sekolah di Melbourne.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-08-19/kisah-para-pengibar-sang-merah-putih-di-melbourne/1483312
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement