REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan menembakkan puluhan peluru ke Korea Utara, Kamis (20/8). Serangan ini dilakukan setelah sebelumnya Korea Utara menembakkan proyektil ke Korsel.
"Militer kami telah meningkatkan pemantauan dan mengamati dengan saksama pergerakan militer Korea Utara," kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Tidak ada perincian lebih lanjut berapa orang yang cedera di Korsel atau Korut. Namun, media Korsel melaporkan kota-kota di sisi perbatasan Korsel sedang dievakuasi.
Korut sebelumnya telah mengancam akan menyerang Korsel karena pengeras suara yang menyiarkan pesan propaganda anti-Korut di perbatasan mereka. Pengeras suara tersebut diaktifkan kembali untuk pertama kalinya dalam 11 tahun.
Perang propaganda lintas perbatasan diikuti tuduhan dari Korsel bahwa tetangga negaranya telah menanam ranjau darat di sisi Zona Demiliterisasi Korsel, yang menyebabkan dua tentara Korsel cedera pekan lalu.
Otoriter Korut sebelumnya dalam sebuah pernyataan menyatakan deklarasi perang. Mereka mengancam tindakan militer habis-habisan bisa terjadi jika Korsel tidak menghentikan propaganda.
Presiden Korsel Park Geun-hye mendesak Korut bangun dari delusi Korut bisa mempertahankan negaranya dengan provokasi dan ancaman. Komisi Pertahanan Nasional Pyonyang menuntut Korsel akan adanya bukti video yang menyatakan Korut menaruh ranjau darat. Ledakan ranjau darat mengakibatkan seorang tentara kehilangan kedua kaki sementara tentara lainnya kehilangan satu kaki.