REPUBLIKA.CO.ID, YERUSSALEM -- Pemerintah Israel pada Kamis (20/8) menolak permohonan seorang pejabat senior Hamas untuk mengizinkan keluarganya yang tinggal di Israel mengunjungi Jalur Gaza guna menghadiri perkawinan putranya.
Israel menyatakan alasan penolakan tersebut ialah beberapa orang Israel masih hilang di Jalur Gaza. Ismail Haniyeh, pemimpin politik Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS), mengajukan permintaan dengan alasan kemanusiaan, dan meminta pemerintah Israel mengizinkan tiga saudarinya --yang tinggal di kalangan masyarakat Badui di Gurun Nejev di Israel Selatan-- memasuki daerah kantung itu untuk merayakan perkawinan putranya.
Menurut satu pernyataan yang dikeluarkan oleh badan pertahanan Israel, Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah tersebut (COGAT), permintaan Ismail Haniyeh ditolak karena "kasus kemanusiaan Israel" di jalur Gaza, demikian laporan Xinhua, Jumat (21/8) pagi.
May. Jend. Yoav Mordechai, Komandan COGAT, mengatakan masalah kemanusiaan merujuk kepada dua orang Israel --warga Ethiopia Israel yang berusia 28 tahun, Avraham Mengistu, dan orang Badui Israel yang namanya tidak diidentifikasi dan telah hilang sejak tahun lalu di Jalur Gaza.
Mordechai pada Rabu (19/8) juga menolak permintaan lain dari Ilhab Al-Ghussain, pejabat penerangan HAMAS, untuk menyeberangi Israel menuju Jordania, untuk menjalani perawatan medis di tengah kesehatannya yang memburuk, demikian laporan harian ha'aretz pada Kamis.
Israel memberlakukan blokade atas daerah kantung Jalur Gaza pada 2007, setelah Hamas merebut wilayah tersebut setelah bentrokan internal di kalangan faksi Palestina. Israel menganggap Hamas sebagai organisasi teroris dan telah memerangi faksi Palestina itu dalam beberapa babak pertempuran selama beberapa tahun belakangan.