REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Warga di Australia mungkin akan terheran-heran mendengar Juli 2015 adalah bulan terpanas dalam sejarah dunia, karena saat ini Australia sedang mengalami musim dingin.
Lembaga Atmosfir dan Kelautan Amerika (NOAA) mengeluarkan data itu tiga bulan sebelum para pemimpin dunia akan bertemu di Paris untuk menyepakati perjanjian menangani perubahan iklim dunia.
Dalam laporan bulanan yang baru dikeluarkan, NOAA mengatakan di banyak negara dan lautan dunia mengalami gelombang panas dengan suhu laut mencapai angka tertinggi bulan lalu.
Menurut NOAA, selama Juli temperatur rata-rata dunia baik di darat maupun di permukaan laut adalah 16,61 derajat. Ini adalah angka tertinggi sejak pencatatan dimulai di 1880.
Dalam tujuh bulan pertama 2015, rata-rata suhu udara secara global lebih tinggi 0,85 derajat Celcius di atas rata-rata abad ke-20, dan melampaui rekor yang terjadi di 2010. Ketika itu suhu udara naik sekitar 0,76 derajat Celcius.
Pakar cuaca NOAA Jake Crouch dalam wawancara dengan ABC mengatakan angka ini mungkin mengejutkan bagi warga di Australia.
"Ada beberapa tempat di wilayah di dunia ini lebih dingin dibandingkan rata-rata di bulan Juli. Meskipun di tempat kita udara lebih dingin, namun ini tidak berarti di tempat lain juga begitu" katanya.
Dia mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan hal tersebut, yaitu kecenderungan pemanasan global yang terus berlangsung, dan adanya El Nino yang sekarang terjadi di Pasifik. Crouch mengatakan dengan semakin bertambah panasnya dunia, itu berarti musim kering dan juga banjir akan lebih parah dengan lapisan es di kutub akan meleleh dan permukaan laut akan naik.