REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, telah memerintahkan pasukan garis depan untuk siap perang dengan Korea Selatan (Korsel). Korut memberikan waktu 48 jam hingga Sabtu (22/8) pukul 05.00 waktu setempat untuk membongkar pengeras suara pesan propaganda di perlintasan perbatasan atau ada tindakan militer lebih lanjut.
Kantor berita resmi Korea Utara (Korut), KCNA, mengatakan langkah itu datang saat pertemuan darurat Komisi Militer Pusat yang diketuai Kim, Kamis (20/8). Dalam pertemuan tersebut, Kim memerintahkan unit gabungan dari Tentara Rakyat Korea (KPA) di garis depan untuk siap memasuki keadaan perang sejak Jumat 05.00 waktu setempat (08:00 GMT).
‘’Pasukan harus sepenuhnya siap untuk memulai operasi kejutan pertempuran. Seluruh garis depan harus ditempatkan dalam keadaan semi-perang,’’ KCNA melaporkan seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Jumat (21/8).
Pertemuan itu terjadi beberapa jam setelah Korsel dan Korut terlibat baku tembak artileri pada hari Kamis. Meski tidak ada korban, ini mendorong ketegangan lintas perbatasan.
Korut bersiap melakukan serangan balasan dan serangan balik. Mereka bersikeras situasi tidak akan memanas jika Korsel mematikan pengeras suara propaganda. Tidak ada tanggapan segera dari Korsel, tetapi kementerian Unifikasi Korsel mengumumkan membatasi akses ke zona industri bersama Utara-Selatan di Kaesong.
Kementerian Pertahanan Korsel juga menolak ancaman itu dan mengatakan siaran akan terus dilakukan. Bahkan, Presiden Korsel Park Geun-hye memimpin pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional dan memerintahkan respons keras untuk setiap provokasi lebih lanjut.
Juru bicara Kementerian Korsel mengatakan, hanya aktivitas bisnis di Kaesong yang terletak 10 kilometer dari perbatasan di Korut akan diizinkan untuk melakukan perjalanan. Kaesong merupakan kawasan industri host yang terdiri atas 120 perusahaan Korea Selatan. Sejumlah perusahaan itu mempekerjakan hingga 53 ribu pekerja Korut dan merupakan sumber penting pemasukan begara ini.
Militer Korea Selatan mengatakan, Korut menembakkan artileri pertama pada Kamis dan mereka membalasnya. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mendesak Korut untuk menghindari memprovokasi setiap eskalasi lebih lanjut. AS tetap teguh dalam komitmennya untuk membela sekutunya Korsel.