Jumat 21 Aug 2015 18:43 WIB

Australia Pertimbangkan Tawaran AS Perluas Serangan Udara di Suriah

 PM Australia Tony Abbott
Foto: AAP
PM Australia Tony Abbott

REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Australia mempertimbangkan permintaan Amerika Serikat (AS) untuk memperpanjang kampanye serangan udaranya terhadap kelompok ISIS di Irak ke Suriah.

AS telah memimpin koalisi kekuatan Barat dan Arab untuk melakukan serangan udara terhadap militan ISIS sejak tahun lalu. Canberra yang menggunakan enam jet tempur RAAF F/A18 dan dua pesawat dukungan yang bermarkas di Uni Emirat Arab, bergabung dengan serangan di Irak tetapi tidak melakukan serangan pada targetnya di Suriah sehingga menimbulkan kekhawatiran hukum.

Australia juga telah mengirim sekitar 500 tentara, termasuk sekitar 170 pasukan khusus tentara untuk melayani para penasehat di Irak.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan ada masalah hukum terkait keterlibatan mereka di Suriah sehingga Australia akan hati-hati mempertimbangkan permintaan Pentagon dan mengungkapkan keputusannya dalam beberapa pekan mendatang.

"Kami memiliki permintaan resmi dari AS untuk memperluas serangan udara kami di Suriah," ujar Abbott kepada wartawan di kota Perth bagian barat, Jumat (21/8).

Abbott mengatakan ISIS adalah sebuah gerakan yang tidak dapat diperhitungkan, melakukan kejahatan tak terduga dan sangat penting Australia memainkan perannya dalam kampanye untuk menghancurkan, menurunkan, dan akhirnya melenyapkannya.

"Meskipun ada sedikit perbedaan antara legalitas dari serangan udara di kedua sisi perbatasan, namun tidak ada perbedaan dalam moralitas," katanya.

Saat ini, Australia menjadi semakin khawatir tentang jumlah warganya yang meninggalkan negara itu untuk berjuang di luar negeri. Australia memperkirakan sekitar 120 warganya masih berjuang di Irak dan Suriah, sementara setidaknya 30 lainnya tewas.

Sebanyak 160 simpatisan lainnya diyakini mendukung jihadis dari rumah mereka. Untuk memerangi ancaman itu, negara telah memperkenalkan undang-undang keamanan nasional yang baru seperti menaikkan tingkat siaga terhadap ancaman teror pada September tahun lalu, melakukan penggerebekan kontraterorisme di berbagai kota dan menggagalkan beberapa serangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement