Senin 24 Aug 2015 07:18 WIB

Muslim dan Kristen Palestina Bersatu Protes Tembok Pemisah Israel

Rep: C25/ Red: Ilham
Pasukan Israel menangkap warga Palestina di Tepi Barat.
Foto: maan news
Pasukan Israel menangkap warga Palestina di Tepi Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIT JALA -- Setelah militer Israel menumbangkan pohon-pohon zaitun milik Palestina untuk membuka rute dan membuat tembok pemisah di Beit Jala, Kristen dan Muslim dari kota mengadakan protes bersama untuk mencoba menghentikan rencana tersebut.

Dilansir dari 972mag.com, ratusan Muslim dan Kristen Palestina melakukan aksi protes di Tepi Barat Kota Beit Jala, terhadap pembentukan tembok pemisah yang akan memisahkan mereka dari Yerusalem, pada Ahad (23/8), pagi.

Demonstran berbaris menuju zona kerja di mana dinding sedang diaspal, hanya beberapa hari setelah militer menumbangkan puluhan pohon zaitun kuno untuk membuka rute pembangunan dinding pemisah pada pekan lalu.

Para demonstran berbaris menuju zona pembangunan dan mulai menghancurkan sebuah pos pemeriksaan yang mencegah petani untuk mendatangi tanah mereka di daerah itu. Polisian Perbatasan yang tiba di tempat menembakan granat setrum dan gas air mata.

Setidaknya, tiga demonstran dievakuasi oleh ambulans. "Kami di sini karena mereka membangun dinding yang akan memisahkan Beit Jala dari Yerusalem. Kami datang ke sini untuk mengatakan bahwa ini adalah tanah kami, dan bahwa kita menentang pembangunan dinding untuk hidup bersama dalam damai. Semua gereja di Beit Jala menentang pembangunan dinding, dan kami di sini untuk memberitahu tentara, keluar dari sini, ini bukan lahan Anda," kata Bapa Paolo dari gereja Katolik di Beit Jala.

"Tujuan dari dinding adalah untuk menutup Beit Jala dari segala arah. Mereka mengambil tanah, pohon-pohon, dan mata pencaharian, dan telah menghukum warga di sini tanpa alasan. Kami datang ke sini untuk mengirim pesan, bahwa kita dapat mengalahkan dinding ini ketika kita, orang-orang Palestina, Kristen dan Muslim, bersatu," kata Salah, salah satu demonstran dari desa Ni'ilin.

Sebelumnya, Pengadilan Tinggi Hukum Israel telah merekomendasikan negara untuk mempertimbangkan kembali rencana rute dari tembok pemisah di daerah tersebut. Hal itu dinilai mempengaruhi penduduk daerah. Namun, Departemen Pertahanan Israel memulai pekerjaan dinding pada pekan lalu, tanpa mengubah rutenya.

Padahal, Kementerian telah berjanji untuk meninggalkan celah 200 meter di dinding dekat biara-biara lokal, dari total 1.500 meter yang dijadwalkan akan dibangun di daerah.

Rencana Israel adalah mengambil Betlehem dan desa-desa sekitarnya dan menutup semua pintu masuk ke daerah tersebut dengan tembok pemisah. Meski seluruh tembok pemisah belum dibangun, termasuk di Yerusalem selatan, mereka menjadwalkan jika pembangunan akan selesai pada tahun mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement