Selasa 25 Aug 2015 07:30 WIB

Punahnya Badak Sumatra di Alam Liar Malaysia

Badak Sumatera
Badak Sumatera

REPUBLIKA.CO.ID, SABAH, MALAYSIA -- Selain dua betina yang ditangkap pada 2011 dan 2014 untuk program pembiakan, badak Sumatra tak lagi ditemukan di alam liar Malaysia sejak 2007. Para ilmuan menyatakan badak jenis itu kini telah punah di alam liar Malaysia.

Kesimpulan itu disampaikan tim ilmuwan untuk Pusat Makroelogi, Evolusi, dan Iklum Universitas Copenhagen dalam jurnal konservasi Oryx. Hal ini menggambarkan betapa mencemaskannya keberlangsungan hidup badak Sumatra.

Padahal, badak Sumatra dulu banyak ditemukan di seluruh Asia Tenggara. Namun, kini jumlahnya terus merosot. Seperti dikutip News Discovery kini tinggal ada 100 ekor saja di Indonesia. Sembilan lain berada di penangkaran.

"Sangat penting untuk keberlangsungan hidup spesies ini, semua badak Sumatra yang tersiasa dipandang sebagai metapopulasi," ungkap penulis utama jurnal dari University of Copenhagen Rasmus Gren Havmøller PhD dalam pernyataan persnya.

"Artinya semua dikelola dalam sebuah program singular di seluruh perbatasan nasional dan internasional untuk memaksimalkan tingkat kelahirannya. Ini termasuk para badak yang saat ini berada di penangkaran."

Para ilmuwan pun memberikan sejumlah masukan untuk memperbaiki keberlangsungan hidup badak tersebut. Salah satunya adalah pembuatan 'zona manajemen', di mana badak bisa dipindahkan ke tempat dengan perlindungan penuh.

Sembilan badak Sumatra yang berada di penangkaran diketahui tersebar di beberapa fasilitas. Salah satunya berada di kebun binatang Cincinnati di Amerika Serikat. Rencananya badak di tempat ini akan segera dipulangkan ke Indonesia.

Tiga badak lain berada di Sabbah, Malaysia dan lima lainnya ada di tempat perlindungan bada di Sumatra, Indonesia. Diharapkan badak yang berada di Sabbah akan bisa memproduksi embrio melalui metode in vitro fertilization.

"Upaya serius oleh pemerintah Indonesia harus digalakkan untuk memperkuat perlindungan badak dengan menciptakan Zona Perlindungan Intensif,  survei intensif untuk habitatnya saat ini, manajemen habitat, pembiakan di penangkaran, dan menggerakan sumber daya nasional juga dukungan dari pemerintah daerah dan pihak berkepentingan lain, " ungkap Widodo Ramono, penulis lain dalam jurnal penelitian tersebut. Widodo saat ini juga menjabat direktur di Yayasan Badak Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement