REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH -- Kebun Binatang Rafah di Rafah, Jalur Gaza, Palestina sulit melanjutkan bisnis karena tekanan blokade Israel. Kebun Binatang yang sudah buka sejak 1990 itu kini sulit menjalankan tugas menghibur masyarakat karena tekanan ekonomi.
"Hari ini, pengeluaran kami sudah tidak mampu tercakup," kata penjaga sekaligus anak pemilik Kebun Binatang Rafah Jihad Jumaa (25 tahun) kepada Aljazeera, Senin (24/8).
Jumaa menjelaskan, persaingan antara bisnis taman hiburan dan diperparah dengan blokade Israel membuat Kebun Binatang Rafah mustahil menjalankan bisnis yang menguntungkan.
Untuk masuk Kebun Binatang Rafah anak-anak harus membayar satu shekel atau setara Rp 3.500 sementara untuk dewasa harus membayar tiga shekel atau setara Rp 10.500.
Dengan 80 hingga 100 pengunjung per pekan, pemasukan bulanan tak cukup untuk menutup biaya operasional bulanan sebesar 3000 dolar AS (Rp 42,1 juta). Biaya itu mencakup makanan, air bersih, dan bahan bakar untuk menghidupkan generator listrik.
"Orang-orang mencintai tempat ini karena unik. Ketika kami membukanya dahulu, tempat ini merupakan satu-satunya kebun binatang di Gaza," kata Jumaa.
Jumaa mengatakan, tujuan orang tuanya membangun kebun binatang adalah untuk memberikan kebahagiaan untuk keluarga-keluarga di Gaza terutama anak-anak.
Bisnis kebun binatang di Jalur Gaza tak bisa berkembang. Kebun Binatang Rafah bahkan nyaris terkena rudal pasukan Israel. Bahkan, sejumlah hewan seperti bayi singa sempat dijual Jumaa untuk menutup biaya operasional.