REPUBLIKA.CO.ID, PYONYANG -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan simpanan senjata nuklirnya bertanggung jawab untuk menghentikan perang dengan tetangganya. Pemimpin berusia 32 tahun itu sebelumnya mengancam akan menghabisi pejabat pemerintah Korea Selatan. Namun sekarang ia mengatakan, kedua negara kembali pada jalur rekonsiliasi dan kepercayaan.
Kantor berita resmi Korut KCNA mengatakan, kedua pemerintah akhirnya mencapai kesepakatan setelah pembicaraan maraton di desa perbatasan Panmunjom. Tapi, bukannya memuji diplomasi untuk tercapainya perjanjian, Kim malah menunjukkan gudang nuklirnya bertanggung jawab terhadap kesepakatan.
"Tidak berarti sesuatu dicapai pada meja perundingan namun berkat urat militer yang luar biasa dengan penangkal nuklir untuk pertahanan diri," katanya dilansir ABC News, Jumat (28/8).
Kedua negara dipaksa melakukan pembicaraan setelah terlibat dalam meningkatnya ancaman perang. Korsel menuduh Korut menanam ranjau darat yang menyebabkan dua tentara Korsel cacat. Sebagai pembalasan, Korsel melakukan siaran propaganda dengan pengeras suara besar di perbatasan untuk pertama kalinya dalam 11 tahun.
Meskipun tidak diketahui sejauh mana tingkat kemampuan nuklir Korut. Namun diyakini negara tersebut telah mengembangkan program nuklir pada 1962. Negara ini mengklaim telah menguji senjatanya sejak 2006.
Pada pertemuan tersebut, Kim juga menggarisbawahi rencananya untuk lebih mengembagkan program nuklirnya. Ia bersikeras upaya prioritas utama sedang dimasukkan gua memperkuat kemampuan militer Korut lebih lanjut.