REPUBLIKA.CO.ID, JEPANG -- Jepang Tourism Agency telah menyusun sebuah buku panduan untuk membantu operator hotel dan restoran lebih memahami kebutuhan wisatawan muslim, termasuk makanan mereka.
Dilansir dari abna24.com, buku panduan ini didasarkan pada survei kepada sekitar 1.300 wisatawan Muslim yang datang ke Jepang.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah wisatawan di Jepang berasal dari negara-negara dengan populasi Muslim besar, seperti Malaysia dan Indonesia. Jumlahnya juga telah melonjak di balik persyaratan visa liburan dan meningkatkan jumlah anggaran penerbangan.
Tapi, operator hotel dan restoran Jepang belum siap untuk berurusan dengan tamu-tamu tersebut.
Buku panduan tersebut menjelaskan kalau para turis Muslim tidak makan daging babi atau minum alkohol, dan mereka berdoa lima kali sehari.
Ia juga menerangkan beberapa Muslim merasa nyaman jika mengetahui makanan tertentu tidak mengandung daging babi di dalamnya dan bahwa tanpa harus menggunakan bahan-bahan bersertifikat halal.
Hal ini juga termasuk frasa dalam bahasa Jepang dan Inggris kalau operator hotel dan restoran dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Muslim yang mungkin butuh bantuan.