REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang memanfaatkan pembuangan air limbah dan mengolahnya menjadi teknologi penghasil listrik. Tentunya menggunakan spesies khusus mikroba.
Spesies Geobacter disebut-sebut sebagai bahan bakar mikroba. Spesien ini memiliki kemampuan berpindah dengan cara menggerakkan elektron dalam metal. Kemampuan ini yang menjadikan bakteri tersebut mampu mengurai limbah sekaligus menghasilkan listrik.
Teknologi ini sedang dikembangkan oleh Jepang di bawah sponsor New Energy and Industrial technology Development Organization (NEDO). Proyek ini dipimpin oleh Kazuhito Hashimoto, Profesor Universitas Tokyo dan melibatkan perusahaan swasta dan lembaga akademis, seperti Sekisui, Chemical, Panasonic, Tokyo university of pharmacy and life sciences and Osaka University.
Dilansir dari Nikkei, Ahad (30/8), para peneliti berusaha mengkomersialkan teknologi pengelolahan air limbah di resin dan pabrik kimia lainnya.
Air limbah yang dihasilkan di pabrik kimia mengandung sejumlah besar zat organik seperti etanol. Pengelolahan air limbah konvensional tersebut menggunakan sesuatu yang disebut metode lumpur aktif di mana di dalamnya terdapat mikroba dari bahan organik yang membusuk.
Microba akhirnya mati setelah berkembang biak dan menciptakan sejumlah besar lumpur. Setiap tahaunnya, mikroba menghasilkan lumpur sebanyak 76 ton per tahun, atau sekitar 20 persen dari dari ekseluruhan limbah industri Jepang.
Spesies Geobacter sebagai bahan bakar mikroba saat ini yang sedang dikembangkan oleh para peneliti. Karena sel bahan bakar mikroba ini memiliki kemampuan memghasilkan listrik.