REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --Israel dikabarkan semakin sulit mencari agen mata-mata untuk bekerja di Jalur Gaza. Surat kabar Felesteen melaporkan, kekurangan agen tersebut berdampak pada kemampuan militer Israel menggelar operasi khusus di Gaza.
Sumber militer Israel seperti dikutip situs Walla meyakini jika lepasnya Jalur Gaza pada 2005 mengurangi kemampuan mereka untuk merekrut mata-mata di wilayah tersebut.
Kesulitan itu terlihat dari sulitnya Israel memperoleh informasi mengenai Gilad Shalit, tentara Zionis yang ditahan di Gaza. Mereka tidak mengetahui di mana lokasi Shalit, meski Gaza hanya wilayah teritori kecil.
Laman Today Opinion mengatakan, kurangnya informasi tentang Shalit menunjukkan kegagalan intelijen Israel. Minimnya informasi itu juga memicu keraguan tentang kemampuan Israel dalam menggelar operasi di Suriah dan Lebanon.
Sementara itu, pejabat militer Israel mengatakan, tentara Zionis akan menduduki Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza jika perang selanjutnya pecah. Pejabat itu mengklaim, rumah sakit berada di bawah kekuasaan Hamas, dan dijadikan markas komando oleh pejuang Gaza.
Sebelumnya petinggi Hamas dilaporkan telah berbicara langsung dengan pejabat Hamas. Belum ada kesepakatan final di antara keduanya, meski gencatan senjata telah disepakati untuk mengakhiri perang pada musim panas tahun lalu.