REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA --Di bawah aturan Uni Eropa yang dikenal sebagai Peraturan Dublin, pengungsi harus mencari suaka di negara Uni Eropa pertama yang mereka masuki.
Seperti diberitakan BBC News, Rabu (2/9), tapi jika Italia dan Yunani menjadi negara pendaratan pertama, mereka mengaku tidak bisa mnegatasi banyaknya imigran.
Pada Senin (30/8), Hungaria menggagalkan imigran dalam jumlah besar menaiki kereta di stasiun Keleti di Budapest timur. Mereka dikabarkan akan melakukan perjalanan ke Wina dan Jerman selatan.
Pada Selasa (1/9), massa yang marah meneriakkan 'Jerman, Jerman' dan melambaikan tiket kereta api. Mereka mengeluh karena telah membayar ratusan Euro untuk tiket ke Austria atau Jerman.
Pemerintah Hungaria mengaku, saat ini akan mendata semua migran dan mengirim mereka yang dianggap sebagai imigran ekonomi untuk kembali ke negara awal yang dimasuki.
Jumlah imigran yang memasuki Eropa telah mencapai angka fantastis. Pada Juli saja, sebanyak 107.500 tiba di Eropa. Jerman mengharapkan untuk menerima 800 ribu imigran tahun ini. Angka tersebut empat kali lebih banyak dibanding tahun lalu.
Pemerintah Jerman mengatakan, dengan besarnya penerimaan imigran akan memungkinkan imigran Suriah dari negara-negara Uni Eropa lainnya untuk mengajukan permohonan suaka. Namun seorang juru bicara menegaskan Peraturan Dublin belum ditangguhkan.
"Aturan Dublin masih berlaku dan kami berharap negara-negara anggota Eropa untuk memasukkan mereka," kata seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri.
Perjalanan para imigran melalui Eropa pekan lalu menjadi sorotan setelah 71 orang mengalami kematian. Mereka ditemukan tewas di sebuah truk dalam perjalanan dari Budapest ke Austria.