Kamis 03 Sep 2015 14:49 WIB

Cina akan Pecat 300 Ribu Tentara

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ani Nursalikah
Parade militer Cina di Lapangan Tiananmen memperingati 70 tahun berakhirnya PD II, Kamis (3/9).
Foto: AP
Parade militer Cina di Lapangan Tiananmen memperingati 70 tahun berakhirnya PD II, Kamis (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina  Xi Jinping mengumumkan akan mengurangi 300 ribu personel tentara.

Pernyataan itu diucapkan Xi saat pidato sambutan parade pameran kekuatan militer Cina untuk memperingati 70 tahun kekalahan Jepang saat Perang Dunia II, Kamis (3/9).  

Dalam sambutannya, Xi mengaku akan membayar imbalan kepada rakyat Cina yang teguh berjuang keras dan mengalahkan agresi Jepang. Ia juga mengumumkan Cina akan memecat 300 ribu personel Tentara Pembebasan Rakyat.

Tetapi, ia tidak memberikan keterangan kapan pasukannya akan dikurangi. Lebih dari 12 ribu tentara yang sebagian besar Cina yang juga dihadiri Rusia berbaris di Lapangan Tiananmen.

Mereka didampingi berbagai alat militer seperti rudal balistik, tank, dan kendaraan lapis baja. Tak hanya itu, jet tempur canggih terbang di langit. Banyak alat-alat militer terssebut yang sebelumnya tidak pernah terlihat di depan umum.

Xi terlihat bergabung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin beberapa pemimpin negara lainnya yang memiliki hubungan dekat dengan Cina, termasuk Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir. Kebanyakan pemimpin Barat menolak menghadiri parade Cina. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga tidak menghadiri acara ini.

Semalam sebelum acara, Xi mengatakan penjajah Jepang sebelum dan selama Perang Dunia II berperilaku dengan biadab dan mencoba membantai orang-orang Cina. Namun, pemerintah Cina mengklaim mengatakan parade tidak ditujukan untuk Jepang melainkan untuk mengingat masa lalu, yaitu mengingatkan pengorbanan besar Cina selama konflik kepada dunia.

"Selama beberapa dekade ketika orang-orang di negara-negara Barat berbicara tentang Perang Dunia II, mereka biasanya mengacu pada pertempuran di benua Eropa. Mereka memiliki sedikit pengetahuan tentang peran Cina sebagai teater utama perang," kata kantor berita Xinhua seperti dikutip dari laman Al Jazeera.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement