Jumat 04 Sep 2015 13:09 WIB

Pemerintah Libya di Tripoli Minta Kerja Sama Eropa Bendung Migran

Rep: c25/ Red: Teguh Firmansyah
Kapal militer Norwegia Siem Pilot ambil bagian dalam operasi penyelamatan imigran di lepas pantai Libya, Sabtu (22/8).
Foto: bbc
Kapal militer Norwegia Siem Pilot ambil bagian dalam operasi penyelamatan imigran di lepas pantai Libya, Sabtu (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pemerintahan Libya di Tripoli meminta negara-negara Arab dan Eropa mengadakan konferensi regional bulan ini demi membendung arus migran.

Libya telah berubah menjadi rute transit utama bagi para migran yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan.

Penyelundup memanfaatkan pertikaian di Libya untuk membawa pengungsi Suriah atau warga negara dari negara-negara sub-Sahara mmenggunakan kapal ke Italia. Para migran bahkan harus membayar ribuan dolar AS kepada penyelundup, baik darat maupun laut.

Dalam sepekan terakhir, dua perahu migan tenggelam di lepas pantai Libya dan telah menewaskan sekitar 200 orang.

"Kami menyerukan konferensi regional pada akhir September, untuk menghentikan tragedi ini. Libya tidak dapat mengatasi arus migran sendiri, Libya adalah negara transit," kata Mustafa Laqlaib, Menteri Kehakiman di pemerintahan Tripoli.

Libya tak kunjung stabil sejak Muamar Qadafi jatuh 2011 lalu. Pemerintah terbagi dua, satu di Tripoli dan satu Tobruk.   Sebagian besar kekuatan Arab hanya berurusan dengan pemerintah resmi Libya yang berbasis di Tobruk.

Pemerintah Tripoli telah meminta Uni Eropa untuk membantu melatih dan membekali angkatan lautnya yang sebagian besar hancur. Namun semua kerja sama beku pada 2014, ketika Uni Eropa telah memboikot pejabat Tripoli. PBB telah menginisiasi pembicaraan damai antara dua pemerintahan kendati sampai saat ini belum berhasil.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement