REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Sebanyak 15 juta orang Maroko pergi ke tempat-tempat pemungutan suara mengikuti pemilihan lokal pada Jumat (4/9).
Pemungutan suara tersebut tampak sebagai ujian bagi popularitas pemerintah Abdelilah Benkirane setahun menjelang pemilihan umum. Sekitar 32 ribu kursi di tingkat lokal dan regional diperebutkan dalam suatu pemungutan suara yang akan menawarkan sebuah potret dari iklim politik, empat tahun setelah Musim Semi Arab yang melanda negara Afrika utara itu.
Protes-protes yang terjadi pada 2011 mengarah pada konsesi dari Raja Mohammed VI, dan suatu konstitusi baru dikeluarkan, menjurus kepada pemungutan suara parlemen pada November tahun itu yang membawa Partai Pembangunan dan Keadilan Benkirane naik ke tampuk kekuasaan.
Benkirane masih populer di negara yang konservatif itu, kendati kesuksesannya terbatas dalam mengatasi korupsi. Ia juga berhasil mengatasi defisit anggaran kurang lima persen dari GDP, turun dari tujuh persen.
Tetapi Mustapha Bakkoury, pemimpin Partai Otentik dan Modernitas yang beroposisi mengecam pemerintahan Benkirane. "Prioritasnya selama empat tahun terakhir fokus pada klannya sendiri daripada semua rakyat negara ini," kata Bakkoury, penasehat dekat raja itu.