REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ibarat senjata makan tuan, gelombang migran yang masuk di Eropa tak terlepas dari kebijakan Barat di Timur Tengah. Kegagalan menyelesaikan konflik di Suriah, dan minimnya bantuan kemanusiaan menyebabkan para migran nekat meninggalkan daerah konflik menuju ke Benua Biru.
"Krisis Migran di Eropa pada dasarnya merupakan akibat dari Eropa sendiri," ujar Lina Khatib, peneliti di Universitas London yang juga memimpin the Canergie Middle East Center di Beirut.
"Jika negara-negara Eropa mau secara serius mencari solusi politik seperti di Suriah dan memberikan waktu dan sumber daya yang cukup bagi bantuan kemanusiaan asing, Eropa tidak akan berada di posisi seperti sekarang," katanya menambahkan.
Gelombang pengungsi Suriah sebelumnya juga telah membanjiri negara-negara tetangga seperti Lebanon dan Yordania. Namun mereka telah terlalu banyak menampung pengungsi dan memilih untuk menutup perbatasan. Adapun bantuan dana kemanusiaan semakin menipis.
Di lapangan, pasukan pemerintahan Bashar al-Assad telah banyak kehilangan posisi. Para milisi seperti ISIS merebut daerah-daerah strategis sehingga memperparah jumlah gelombang pengungsi.
Rawad (25 tahun), sarjana jebolan universitas ini meninggalkan Suriah dengan adiknya Iyad (13 tahun). Mereka berharap bisa sampai ke Jerman untuk mendapatkan suaka. Mereka berjalan dari Yunani untuk menghemat uang. Melalui pesan singkatnya ia mengaku tidur di hutan dan stasiun kereta bersama keluarga lain dari utara Suriah yang menentang Presiden Bashar al-Assad.
Sementara itu, gelombang pertama migran Timur Tengah telah mencapai Austria, Sabtu (3/9) pagi. Mereka berhasil sampai ke Austria setelah Pemerintah Jerman dan Austria membuka perbatasan.
Saluran televisi lokal dan media sosial menggambarkan bagaimana para migran bertemu dengan otoritas setempat jelang pukul 03.00 pagi. Setibanya di lokasi pengungsian, para migran mendapat sajian sup. Mereka juga memperoleh tempat tidur sementara serta selimut.
Adapun beberapa pengungsi lain tampak mendapat penjelasan dari kepolisian mengenai langkah selanjutnya. Sekitar 1.200 migran telah meninggalkan Hungaria pada Jumat dini hari. Ada yang memilih jalan kaki atau menggunakan kendaraan. Tak sedikit pula yang masih terjebak di Stasiun Budapest, Hungaria