REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Ribuan migran yang kelelahan melintas ke Austria pada Sabtu (4/9) dari Hungaria. Sebagian besar adalah pengungsi dari Suriah yang membawa keluarganya.
Mereka tiba di dekat perbatasan menggunakan bus dan mulai berjalan kaki masuk Austria. Kedatangan mereka adalah hasil kesepakatan Austria dengan Jerman untuk membuka pintu perbatasan menghadapi perkembangan krisis.
"Karena situasi darurat hari ini di perbatasan Hungaria, Austria dan Jerman sepakat untuk membuka jalan bagi perjalanan pengungsi ke negara mereka," kata Kanselir Austria Werner Faymann, dalam pesan yang diunggah di Facebook, dikutip SkyNews.
Pada Jumat malam, pengungsi dan migran di stasiun kereta Budapest mulai naik bus untuk pergi ke Austria. Ada sekitar 100 bus yang mengangkut sekitar 1.000 orang. Salah satu diantara mereka adalah Saleh Abdurahman, pengungsi Palestina dari Suriah.
Ia mengatakan Timur Tengah sudah tidak bisa ditinggali lagi. Perang membuat rumah mereka jadi tidak layak untuk dihidupi. "Kami pergi ke negara mereka bukan karena ingin kaya, tapi ingin menjadi manusia," kata dia.
Menurutnya, perang adalah ulah dari Amerika Serikat dan Eropa. Sebagian besar pengungsi terbungkus selimut dan kantung tidur, melindungi diri dari hujan. Antrian panjang migran ini tampak kelelahan. Anak-anak dituntun orang tuanya.
Palang Merah Austria telah bersiap menerima mereka di pusat pengungsian kota perbatasan Nickelsdorf. "Kami punya tempat tidur, tempat berlindung, makanan, minuman hangat, peralatan medis yang sudah siap," kata Juru Bicara Thomas Horvarth.
Sebagian besar dari para migran ingin tiba di Jerman karena 'lebih diterima'. Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan negerinya bisa mengendalikan peningkatan kedatangan migran.
Jerman telah menerima sekitar 104.460 migran sejak awal tahun hingga Agustus. Diperkirakan jumlahnya akan mencapai 800 ribu tersendiri pada tahun ini.