REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Arab Saudi mengatakan mereka puas dengan jaminan kesepakatan nuklir Iran yang dibuat AS, menyusul pembicaraan antara Presiden AS Barack Obama dan Raja Saudi Salman di Washington DC.
Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama Raja Salman sejak menjabat pada Januari.
Pada konferensi pers di kedutaan Arab Saudi pada Jumat (4/9), Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan negara telah menyepakati cara-cara melawan kegiatan negatif Iran di Timur Tengah dan memastikan Iran tidak bisa mengembangkan senjata nuklir.
"Kerajaan Arab Saudi puas dengan jaminan ini setelah menghabiskan terakhir dua bulan konsultasi dengan sekutu-sekutunya di Eropa dan tempat-tempat lain. Kami percaya perjanjian ini akan memberikan kontribusi untuk keamanan dan stabilitas di kawasan itu dengan mencegah Iran memperoleh kemampuan nuklir," kata Jubeir dilansir Al Jazeera, Sabtu (5/9).
Jubeir mengatakan, kedua negara juga sepakat memperkuat kerja sama militer, sistem militer pelacakan cepat dan teknologi senjata dari AS ke Arab Saudi.
Isu-isu lain yang dibahas termasuk strategi antiteror dan situasi di Yaman, di mana pasukan Saudi merupakan bagian dari koalisi mengambil pemberontak Houthi yang menguasai sebagian besar negara.
Kedua pemimpin telah mencari pembaharuan dari kemitraan strategis Amerika-Arab bersejarah yang telah usang baru di tengah serangkaian meningkatnya tantangan di Timur Tengah. Perang saudara di Suriah dan runtuhnya harga minyak global juga dibahas.
Jubeir mengatakan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah kehilangan semua legitimasi dan tidak memiliki peran dalam masa depan negara ini. Arab Saudi mendukung pemberontak Suriah melawan pemerintah Assad. Salman kemungkinan menekan Obama mengenai tujuan untuk mencapai transisi politik di Suriah.