REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Pemimpin sayap kanan Partai Kebebasan Austria (FPO) menyalahkan Amerika Serikat dan NATO sebagai pemicu krisis imigran yang membuat Eropa kewalahan.
"AS dan NATO telah menghancurkan Libya dan Irak dengan intervensi militernya, bom dan rudal. Mereka menyediakan uang, logistik dan dukungan militer kepada oposisi Presiden Assad di Suriah. Setelah itu menghancurkan, menyebabkan kekacauan dan Islam radikal di kawasan," ujar Heinz-Christian Strache dalam Facebooknya, Sabtu (5/9).
FPO dikenal mendukung pendekatan antiMuslim dan isolasi saat berurusan dengan kebijakan luar negeri. Strache yang mencalonkan diri sebagai wali kota dalam pemilihan di Wina mencemooh saran Presiden AS Barack Obama bahwa Eropa terutama bertanggung jawab menangani banjir gelombang imigran dari Timur Tengah, Afrika dan Asia.
"AS selama puluhan tahun memulai perang di Timur Tengah dan lantas mengklaim Eropa bertanggung jawab atas darah pengungsi. Itu sangat merendahkan," katanya.
Dalam wawancara terpisah dengan televisi Austria, ORF, dia meminta dibangun pagar yang dijaga tentara di sepanjang perbatasan dengan Hungaria. Dia juga meminta pengungsi Kristen dan Yahudi diizinkan masuk. Sedangkan pengungsi Muslim tidak.
"Kami tidak ingin Islamisasi di Eropa. Kami tidak ingin budaya Kristen-Barat kami hilang," katanya.