REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY--Perdana Menteri Australia Tony Abbott berada di bawah tekanan, Senin (7/9), setelah ia diminta untuk menerima lebih banyak migran. Australia diharapkan dapat membantu meringankan krisis yang dipicu oleh puluhan ribu migran dari Eropa.
Sebelumnya, pada Ahad (8/9), Abbot mengumumkan Australia akan mengalokasikan penerimaan 13.750 migran yang melarikan diri dari kekerasan di Suriah dalam setahun.
Tapi tidak berencana meningkatkan jumlah penerimaan kuota. Hal ini memicu kritik dari beragam kalangan.
Oposisi Australia, Partai Buruh menyerukan agar Australia menerima tambahan kuota sebesar 10 ribu bagi para migran. "Kami mengusulkan peningkatan yang signifikan karena ini adalah krisis yang signifikan," kata pemimpin Oposisi Bill Shorten.
Menteri Luar Negeri Julie Bishop menyerukan agar Abbott terinspirasi keputusan PM John Howard pada 1999 lalu untuk menerima empat ribu pengungsi tambahan dari konflik Kosovo.
Dalam satu tahun terakhir, sekitar sepertiga dari pengungsi yang diizinkan menetap di Australia berasal dari Suriah dan Irak. Pemerintah berencana secara bertahap meningkatkan total kuota menjadi 18.750 pada 2018-2019.
Selandia Baru juga mengumumkan penerimaan khusus sebanyak 600 pengungsi dari Suriah. Sebanyak lebih dari 150 akan diterima setiap tahunnya di bawah sistem kuota.