Senin 07 Sep 2015 20:08 WIB

Spanyol Khawatir ada Penyusup ISIS dalam Pengungsi

Pencari suaka tidur di stasiun kereta api bawah tanah Keleti di Budapest, Hungaria, Jumat (4/9). Lebih dari 150 ribu orang yang ingin memasuki Eropa memasuki Hungaria tahun ini. Sebagian besar melalui perbatasan selatan dengan Serbia.
Foto: AP Photo/Frank Augstein
Pencari suaka tidur di stasiun kereta api bawah tanah Keleti di Budapest, Hungaria, Jumat (4/9). Lebih dari 150 ribu orang yang ingin memasuki Eropa memasuki Hungaria tahun ini. Sebagian besar melalui perbatasan selatan dengan Serbia.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Menteri Dalam Negeri Spanyol Jorge Fernandez Diaz mendesak pengetatan pengawasan untuk mencegah anggota kelompok garis keras ISIS memasuki Eropa dengan cara menyamar menjadi pengungsi.

"Sebagian besar di antara pengungsi memang meninggalkan negaranya karena perang dan teror. Namun, kita tidak boleh melupakan Daesh (nama lain IIS) ada di sana dan kelompok itu mampu melakukan ancaman mereka," kata Diaz kepada surat kabar ABC, Senin (7/9).

ABC adalah surat kabar dikenal berpandangan konservatif.

"Bagaimana kami dapat meragukan di antara puluhan ribu orang itu terdapat yang bukan pengungsi. Selain itu, sudah sangat jelas mereka melarikan diri dari Suriah, tempat ISIS berdiri. Spanyol tidak akan menolak hak setiap orang mendapatkan suaka. Namun, pengawasan harus diperketat untuk menyambut mereka," kata dia menambahkan.

Kepala Komisi Eropa Jean-Claude Juncker diperkirakan akan mengumumkan rencana baru pada Rabu untuk merelokasi 120 ribu pengungsi di negara-negara Eropa menurut sistem berbasis kuota wajib.

Dalam usulan Juncker tersebut, Jerman dan Prancis akan menampung hampir separuh dari pengungsi untuk meringankan beban Yunani, Italia, dan Hungaria. Sementara Spanyol akan menampung hampir 15 ribu orang.

Sebagian besar pengungsi yang datang Ke Eropa pada beberapa waktu terakhir ini berasal dari Suriah. Mereka melarikan diri dari perang saudara yang dimulai dengan demonstrasi damai pada Maret 2011 lalu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement