Selasa 08 Sep 2015 22:28 WIB

Keluarga Korsel-Korut akan Reunian

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indah Wulandari
 Personil tentara Korea Selatan berpatroli di jermbatan penghubung Korea Selatan dan Korea Utara di desa perbatasan Panmunjom, Peju, Korsel, Sabtu (22/8). (AP/Ahn Young-joon)
Personil tentara Korea Selatan berpatroli di jermbatan penghubung Korea Selatan dan Korea Utara di desa perbatasan Panmunjom, Peju, Korsel, Sabtu (22/8). (AP/Ahn Young-joon)

REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL -- Korea Selatan dan Korea Utara sepakat menggelar acara reuni bagi para keluarga yang tinggal terpisah di kedua negara tersebut.

Reuni akan diadakan pada 20-26 Oktober mendatang di Gunung Geumgang yang terletak di sebelah utara pantai timur Korea. Keterangan resmi ini dikeluarkan oleh Kementerian Persatuan Korsel pada Selasa (8/9).

Dikutip dari laman koreaherald.com, pertemuan tersebut adalah yang pertama kalinya sejak Februari 2014. Kementerian menyebut ada 100 anggota keluarga yang tinggal terpisah di kedua negara yang akan dipertemukan dengan orang-orang terkasihnya.

Mereka akan dibagi menjadi dua kelompok dan masing-masing kelompok bertemu selama tiga hari dengan anggota keluarganya.

Korsel dan Korut telah meneken persetujuan bilateral untuk menyelenggarakan reuni itu. Seoul dan Pyongyang akan mengorganisir masing-masing 250 orang dan 200 warganya untuk berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

Mereka terdiri atas orang-orang yang memiliki anggota keluarga yang terpisah oleh batas negara. Pendataan akan dilaksanakan pada 15 September mendatang. Pemerintah masing-masing negara akan menyaring peserta dari total nama yang terkumpul hingga tersisa 100 orang. Nama-nama warga yang berhak bertemu dengan keluarganya akan diumumkan pada 8 Oktober 2015.

Baik Korsel maupun Korut juga telah mengadakan perundingan dengan Palang Merah Internasional untuk membahas sejumlah isu mengenai warga sipil yang terkena dampak Perang Korea.

Perang Korea berlangsung medio 1950-1953, namun hingga kini masih banyak warga di kedua negara yang tidak dapat hidup bersama anggota keluarganya karena terganjal masalah perbatasan.

"Korsel dan Korut memandang perlu adanya perundingan lebih lanjut mengenai hal itu karena menyangkut isu kemanusiaaan yang fundamental," demikian keterangan tertulis yang dikeluarkan oleh pemerintah Korsel.

Selasa pekan lalu Palang Merah Internasional mengungkap hasil surveynya. Lembaga kemanusiaan ini memperkirakan masih ada lebih dari 66 ribu warga yang hidup terpisah dengan keluarganya sejak Perang Korea meletus. Sebanyak 1.600 orang di antaranya adalah warga negara Korsel yang memilih hidup di luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement