REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Pakar kelautan Queensland berhasil menemukan ikan yang dinilai paling siap beradaptasi dengan dampak perubahan iklim di lautan. Ikan yang dimaksud adalah ikan hiu karpet (hiu epaulette) kecil yang mampu hidup dalam kondisi lautan di akhir abad ini akibat perubahan iklim.
Kalangan ilmuwan sebelumnya telah memperingatkan perubahan iklim dapat menyebabkan air laut menghangat dan menjadi asam serta kadar oksigen dalam air berkurang. Perubahan semacam ini akan memicu bencana pada ekosistem kelautan.
Namun pakar kelautan berbasis di Townsville, Jodie Rummer mendapati ikan hiu karpet epaulette kecil di Australia utara dan Papua Nugini ternyata berpeluang bisa bertahan dan berkembang dalam kondisi perubahan iklim tersebut.
Upayanya menyelidiki ikan hiu ini telah membuat Rummer mendapatkan beasiswa bergengsi dari PBB untuk memperluas penelitiannya di habitat hiu terbesar di dunia yang terdapat di Polinesia Prancis.
"Ikan hiu karpet hidup di terumbu karang dangkal dan rata sehingga dalam banyak kasus karang-karang itu dapat mengalami fluktuasi dramatis baik tingkat suhu dan kadar oksigennya,” kata Rummer.
"Karena ukurannya yang kecil dan tidak memiliki gigitan yang sangat besar seperti hiu lain, ia bisa menggunakan habitatnya ini untuk perlindungan.
"Ikan ini mampu bertahan hidup dengan sangat baik pada kondisi kadar oksigen yang rendah dan itu melampaui kemampuan ikan-ikan hiu lain yang kita kenal,”
"Ikan hiu karpet juga dapat mentolerir kondisi CO2 yang tinggi ke tingkat dimana kondisi laut diperkirakan akan mencapai level tersebut dan hiu karpet kecil ini secara fisiologis dan perilakunya tidak terpengaruh sama sekali,”