REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Bulgaria sebagai anggota NATO pada Selasa (8/9) menyatakan menolak izin bagi sejumlah pesawat Rusia melintasi ruang udaranya akhir pekan lalu.
Larangan itu terjadi di tengah kekhawatiran Amerika Serikat bahwa Rusia meningkatkan dukungan militer bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad.
"Pesawat-pesawat itu dikatakan membawa bantuan kemanusiaan tetapi kami punya informasi, yang kami jadikan alasan dan yakini, kargo yang dinyatakan itu sesungguhnya bukanlah kargo sungguhan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Bulgaria Betina Zhoteva.
Zhoteva mengatakan keputusan itu diambil akhir pekan lalu tetapi tidak memberikan rincian mengenai berapa banyak pesawat yang dilarang. Dia menambahkan keputusan tersebut diambil tanpa tekanan dari mitra-mitra NATO.
Walau demikian, keputusan Bulgaria tersebut menyusul berita pada Senin Amerika Serikat telah meminta Yunani, anggota NATO lainnya, melarang penerbangan-penerbangan pasokan Rusia ke Suriah melintasi ruang udaranya.
Seorang pejabat Rusia tak yakin keputusan Bulgaria dibuat tanpa tekanan dari AS.
"Faktanya Bulgaria adalah pihak pertama yang merespon (permintaan dari AS). Mereka akan berbuat sesuai hati nurani," kata Vladimir Djabarov, wakil ketua Dewan Urusan Luar Negeri Rusia.
Dia mengatakan kepada kantor berita TASS Rusia hanya memasok kargo kemanusiaan ke Suriah, dengan menambahkan hal ini tak menguntungkan untuk mengangkut senjata menggunakan pesawat.
Djabarov juga memandang tidak penting menggunakan ruang udara Yunani dengan menyatakan mayoritas penerbangan ke Suriah melalui Kaukus dan Iran.
AS prihatin Rusia dapat meningkatkan dukungan militernya bagi Bashar, sebuah isu yang diangkat oleh Mneteri Luar negeri John Kerry dengan rekan sejawatnya Sergei Lavrov akhir pekan lalu.
Rusia telah meminta Yunani mengizinkan bagi dua pesawatnya melintasi ruang udaranya pada 1 dan 24 September. Seorang pejabat Kemlu Yunani mengatakan mereka memeriksa permintaan itu dan belum mengambil keputusan.
Dari Damaskus, Suriah telah membantah laporan-laporan peningkatan aktivitas militer oleh tentara Rusia di wilayahnya.