REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Empat negara di Amerika Latin --Cile, Brasil, Venezuela, dan Paraguay-- telah menyampaikan kesediaan mereka untuk menerima pengungsi lagi dari Timur Tengah.
Negara Amerika Latin telah menawarkan tempat penampungan buat keluarga Suriah yang menyelamatkan diri dari kerusuhan di dalam negeri mereka. Sementara itu Eropa berkutat menghadapi ratusan ribu pengungsi yang terutama datang dari Timur Tengah dan meninggalkan negeri mereka akibat campur-tangan langsung dan tak langsung pimpinan AS di wilayah tersebut.
Presiden Cile Michelle Bachelet pada Selasa (8/9) mengatakan, "Kami akan berusaha ... agar bisa menerima banyak pengungsi, sebab kami memahami bahwa tragedi ini adalah tragedi buat semua manusia."
Setelah pengumuman wanita presiden itu, Menteri Luar Negeri Cile Heraldo Munoz mengatakan pemerintah akan merancang "rencana yang layak sesegera mungkin, tapi untuk melaksanakan semua ini memerlukan waktu".
Media setempat melaporkan Chile mulanya mempertimbangkan membuat penampungan untuk 100 sampai 150 keluarga Suriah, demikian laporan Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Kamis (10/9) siang.
Masyarakat Suriah di Cile saat ini berjumlah 80.000 orang, kata kantor berita Kuba, Prensa Latina. Ditambahkannya jumlah tersebut "akan menjadi dua-kali lipat dalam waktu dekat".
Sementara itu Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah menawarkan suaka buat 20.000 pengungsi Suriah. Brasil, yang telah menerima lebih dari 2.000 pengungsi Suriah sejak 2011, juga menyatakan pintu negeri itu terbuka buat keluarga pengungsi lain.
Pada Rabu, Paraguay menjadi negara terakhir Amerika Latin yang menawarkan tempat berteduh buat pengungsi. Penjabat Menteri Luar Negeri Oscar Cabello Sarubbi mengatakan pemerintahnya "terbuka untuk menerima pengungsi, tapi dalam jumlah yang masuk akal yang benar-benar bisa diterima oleh negeri ini"
Dua negara amerika latin lain, Argentina dan Uruguay juga memiliki program untuk menerima pengungsi.
Krisis pengungsi berlangsung saat puluhan ribu pengungsi dari Timur Tengah telah meninggalkan tanah-air mereka, yang dicabik pertempuran, menuju Eropa. Negara Eropa telah berunding mengenai jumlah pengungsi yang akan mereka terima. Sementara itu Amerika Serikat bahkan lebih lamban dalam menanggani krisis pengungsi.