REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Pemilihan Umum Singapura dimulai hari ini, Jumat (11/9). Partai penguasa People's Action Party (PAP) yang dipimpin Perdana Menteri Lee Hsien Loong diperkirakan akan tetap menjadi pemenang.
Jumlah pemilih diperkirakan sekitar 2,5 juta orang. Tempat pemungutan suara dibuka sejak pagi hingga pukul 20.00. Hasilnya diperkirakan muncul beberapa jam kemudian.
Partai oposisi utama lawan PAP adalah Worker's Party yang menyelamatkan tujuh kursi pada pemilu sebelumnya. Dalam pemilu kali ini, partai-partai oposisi berharap bisa mengambil suara penduduk yang mulai tidak puas dengan pemerintahan PAP.
Mereka fokus pada kampanye tenaga kerja, perawatan kesehatan dan permukiman. Sementara PAP berharap bisa memperbaiki perolehan suara dari pemilu sebelumnya, yang meskipun menang, perolehan suara PAP menurun drastis sejak kemerdekaan pada 1965.
Keberhasilan pengambilan tenaga kerja asing membawa efek samping bagi penduduk. Seperti kenaikan harga properti, kepadatan transportasi publik, jenjang kesejahteraan yang semakin lebar membuat banyak penduduk kecewa. Singapura juga konsisten menduduki peringkat nomor satu kota paling mahal di dunia.
"Saya pikir pemerintah sekarang sudah sedikit terguncang, tapi setiap pemerintahan memang begitu, membuat kesalahan," kata Ali, salah satu pemilih yang merupakan seorang pensiunan. Namun, ia mengatakan bahwa PAP telah melakukan kinerja bagus dan merawat mereka dengan baik.
Di salah satu tempat pemungutan suara distrik sentral, sekitar 30 manula mengantri sebelum memberikan suara. Sementara sekitar 100 orang lainnya berdiri di luar. Jajak pendapat opini atau quick count dianggap ilegal di Singapura sehingga tidak ada prediksi pasti tentang hasil akhir.