REPUBLIKA.CO.ID, MEKKAH -- Ratusan jamaah haji meninggal akibat runtuhnya crane di dalam Masjidil Haram, Makkah, Jumat sore (11/9). Seorang jamaah haji dari Parbhani, India, Mohammed Wakeel mengatakan kondisi kala itu menakutkan.
Angin kencang dan hujan lebat bertiup dengan kecepatan ganas pada sore itu. Tak lama kemudian terjadi hujan lebat. Jalan-jalan di Makkah pun dipenuhi air hujan. "Semuanya terjadi dalam hitungan menit," ucapnya seperti dikutip dari OnIslam.net, Sabtu (12/9).
Sementara, Sheikh Abdul Raheem yang saat itu berada di lokasi mengatakan ia dan rekan-rekan baru saja selesai shalat Ashar ketika insiden itu terjadi. "Ada badai pasir besar diikuti oleh guntur, petir, dan kemudian hujan lebat," kata dia.
Saat dia dan rekan-rekan masuk ke Masjidil Haram, tiba-tiba petir menyambar salah satu crane. "Crane jatuh bersama semua baja dan memukul salah satu pilar baru di Masjidil Haram ke mataf," ucap Raheem bercerita. "Kami melihat jamaah haji meninggal di depan mata kami di daerah mataf."
Otoritas pertahanan sipil setempat mengatakan lewat akun media twitter bahwa tim darurat dikirim ke tempat kejadian setelah crane terjatuh. Menurut laporan terbaru, sebanyak 107 meninggal dan 238 orang luka-luka.
Gubernur wilayah Makkah, Pangeran Khaled al-Faisal telah memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut.
Kerajaan Arab Saudi menyiapkan segala fasilitas untuk menyambut tiga juta orang Muslim untuk melaksanakan ibadah haji. Tahun ini, jumlah orang yang diizinkan untuk melakukan ibadah haji diturunkan dengan alasan keamanan mengingat adanya pekerjaan konstruksi untuk memperbesar masjid yang berjuluk Grand Mosque tersebut.