Ahad 13 Sep 2015 20:32 WIB

Sejak Kapan Barat Mulai Berulah di Timur Tengah?

Rep: C38/ Red: Nasih Nasrullah
Serangan
Serangan

REPUBLIKA.CO.ID, Sepak terjang negara-negar Barat di Timur Tengah pada masa sekarang, ternyata memiliki akar sejarah yang kuat. Motif kehadiran mereka di kawasan kaya minyak ini sangat beragam, dari politik, keamanan, hingga ekonmi.

Taufik Abdullah dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam menguraikan, pendudukan Mesir oleh Napoleon Bonaparte pada 1798 dapat dipandang sebagai permulaan ekspansi Barat ke Timur Tengah pada zaman modern. Kendati, Napoleon Bonaparte sendiri hanya tiga bulan berada di Kairo.

Kedatangan Barat ke berbagai belahan dunia Islam ini dimungkinkan oleh tidak adanya kesatuan di antara para penguasa lokal Muslim. Turki Utsmani telah lumpuh. Di sisi lain, perkembangan Eropa di bidang militer, teknologi, dan ilmu pengetahuan memasuki era kejayaan.

Kemunculan negara-negara baru di Timur Tengah tidak lepas dari campur tangan Barat. Satu abad silam, wilayah ini masih satu kesatuan di bawah imperium Turki Utsmani. Serentetan peristiwa global sepanjang awal abad ke-20 mengubah peta kawasan ini. Seiring melemahnya Turki Utsmani dan menguatnya para penguasa lokal, aktivitas Barat di beberapa tempat seperti Lebanon, Palestina, dan Suriah, semakin menonjol sejak pertengahan abad ke-19.

Perang Dunia I (1914-1918) membuka jalan bagi pembentukan negara-negara baru di Timur Tengah. Campur tangan Inggris dan Prancis di kawasan ini mendorong Turki Utsmani untuk berpihak kepada Jerman dalam Perang Dunia I. Di sisi lain, Inggris dan Prancis menjadi lebih intensif mengambil simpati para penguasa lokal. Kedua negara Eropa ini sepakat untuk berbagi pengaruh di wilayah ini. Kesepakatan tersebut dirumuskan dalam Perjanjian “Sykes-Picot” atau The 1916 Asia-Minor Agreement pada 16 Mei 1916. 

Di Teluk Persia dan Yaman, pengaruh Barat telah cukup lama bercokol. Sejak 1961, secara perlahan Inggris mulai memberikan kemerdekaan kepada negara-negara Teluk. Kuwait yang pertama, kemudian Bahrain, Qatar, Oman, dan Uni Emirat Arab menyusul pada 1971.

Pada akhir Perang Dunia I, Prancis dan Inggris telah menguasai tempat-tempat strategis di kawasan Bulan Sabit. Kedudukan ini sangat menguntungkan, baik dari segi militer, politik, maupun ekonomi. Timur Tengah resmi menjadi kaplingan-kaplingan surga.

Peranan Inggris dan Prancis diakui sangat kuat, meski pecahnya negara-negara Timur Tengah juga tidak semata-mata disebabkan campur tangan Barat. Keruntuhan Turki Utsmani serta menguatnya paham nasionalisme menjadi katalisator yang mendorong perjuangan negara-negara Muslim memproklamirkan kemerdekaan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement