REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Fenomena El Nino tahun ini tercatat menjadi yang terkuat dalam 65 tahun terakhir dan memiliki dampak besar pada cuaca di seluruh dunia.
US National Oceanographic and Atmospheric Administration (NOAA) dan Met Office Inggris menjelaskan, El Nino adalah fenomena alam yang terjadi setiap dua hingga tujuh tahun dan berlangsung antara enam hingga 18 bulan. El Nino terjadi karena pemanasan dari perairan permukaan bagian timur ekuator Samudera Pasifik.
‘’El Nino yang terbentuk kali ini menjadi yang terkuat sejak pencatatan dimulai pada 1950,’’ kata dua lembaga itu Dikutip dari laman Al Jazeera, Senin (14/9).
Saat ini El Nino diakui mereka begitu kuat sehingga di beberapa suhu permukaan wilayah laut (SST) lebih dari 2 derajat Celsius atau di atas rata-rata dalam jangka panjang. Dampak buruk El Nino telah memberikan efek di industri perikanan Peru, perubahan pola cuaca juga terjadi di seluruh dunia. Termasuk kondisi cuaca buruk yang terjadi di seluruh wilayah Asia-Pasifik.
Di Pasifik, perairan hangat di bagian timur laut telah menciptakan topan, super topan, dan badai lebih besar dari biasanya. Kemudian tren terjadinya badai juga berubah. Hampir setiap benua dipengaruhi oleh El Nino yang kuat. Di Australia, banyak bagian negara telah terjadi musim panas yang sangat panas dengan suhu hingga 40 derajat celcius bahkan lebih.
Di gurun pasir Atacama Amerika Selatan yang merupakan salah satu daerah yang paling kering di bumi mengalami hujan terparah dalam 80 tahun dan mengakibatkan banjir parah dan kematian lebih dari 20 orang. Di Amerika Utara, di mana banyak daerah selatan dan barat mengalami kekeringan terburuk dalam satu abad.
Di Karibia, berkembangnya El Nino memiliki efek sebaliknya dengan yang dialami di Pasifik yaitu frekuensi badai berkurang dengan menyebabkan peningkatan perpindahan angin. Yaitu perubahan arah dan kecepatan angin dengan ketinggian yang dapat mengacaukan pembentukan badai.
Di Afrika, El Nino membuat kekeringan di bagian selatan benua ini. Selain itu terjadinya kekeringan di negara-negara seperti Zimbabwe, Botswana dan Afrika Selatan yang menyebabkan krisis pangan. Bahkan, Benua Eropa tidak kebal dari efek El Nino. Jika El Nino tahun ini mengikuti pola yang sebelumnya, maka cuaca musim dingin di sini bisa menjadi lebih dingin dan lebih kering daripada rata-rata.